Berendam di Hotspring “Pariban” Tanah Karo Tawarkan Sensasi Alam

Karo8053 x Dibaca

Berastagi, Karosatuklik.com – Agustus 2022 lalu, kami, tiga keluarga berpelesir ke Tanah Karo. Kami habiskan satu harian penuh dengan mengunjungi beberapa tempat wisata, mulai dari menyambangi pasar buah Berastasi, menunggang kuda, mengunjungi peternakan sapi yang memproduksi susu dan yogurt, melihat kebun sayur, duduk di taman Gundaling, dan terakhir berendam di kolam air panas (hotspring) rasa belerang.

Yang terakhir saya sebutkan, yaitu hotspring, itu yang paling berkesan. Kami berendam di hotspring Pariban. Pemandian ini terletak di Desa Sidebuk-Debuk, Tanah Karo, Sumatera Utara. Ia bisa diakses dengan menggunakan jalur darat. Pintu masuk melalui desa Doulu, yang berjarak sekitar 3 Km dari Kecamatan Sibolangit.

Menuju hotspring “Pariban” kami akan melewati beberapa lokasi pemandian lainnya yang berderet sepanjang jalan. Setelah melintasi lokasi Geothermal milik PT Pertamina, di ujung jalan akan bertemu terminal angkutan. Dari terminal itulah, pintu masuk ke dalam pemandian Pariban. Tak pelak, sepanjang jalan aroma belerang menyambut. Asap-asap belereng mengepul menuju angkasa.

Karo sungguh mujur. Semenjak Gunung Sibayak tidak aktif lagi, ià terus tertidur. Bertahun-tahun lamanya ia pulas. Namun dari perutnya terus mengalir air belerang. Sehingga ladang-ladang penduduk di kaki dan lereng gunung mendapat limpahan air belerang panas. Dengan sedikit sentuhan, para peladang mengubah ladangnya menjadi kolam-kolam pemandian air panas.

Kolam air panas alam ini semakin menawan berkat didukung kemewahan bentang alam, udara sejuk, suasana perladangan yang kaya tanaman sayuran. Tak ketinggalan pemandangan punggung gunung yang luruh jejak erupsi.

Pemilik hotspring Pariban, Model Surbakti (65) paham betul kemewahan Sibayak ini. Itulah alasan mengapa Surbakti yang dulu hanya seorang petani sayur nekat mengubah ladangnya yang tepat di kaki Gunung Sibayak menjadi kolam pemandian alam.

Brand “Pariban” Mendatangkan Cuan

Menurut Surbakti, pemandian ini ia namai Pariban dengan dua alasan. Pertama, karena ia menikahi impalnya sendiri. Impal artinya anak perempuan Paman. Dalam bahasa Batak impal sama dengan Pariban. Alasan lainnya, sebut dia, diksi “Pariban” akrab di telinga masyarakat Sumatera Utara.

Lebih jauh Surbakti menjelaskan, dua alasan itu cukup kuat untuk dipakai sebagai branding usaha wisata. Brand “Pariban” ia yakini mampu memikat warga Sumatera Utara. Potensi 12 juta populasi, kata Surbakti, adalah potensi sumber cuan yang akan menambah gendut pundi-pundinya.

Surbakti pernah membayangkan, orang berendam berlama-lama di kolam air panas sembari memandangi punggung Gunung Sibayak yang memesona sekalian dielus angin. “Sensasinya luar biasa,” katanya.

Pariban termasuk pendatang baru di khasanah objek wisata keluarga di Kabupaten Karo. Namun hotspring satu ini melejit cepat mengungguli belasan pemandian alam lainnya di Desa Raja Berneh dan Sidebuk-Debuk, Tanah Karo. Sejak dibuka pada 2010, hotspring Pariban awalnya tidak laku. Padahal tiket masuk ke dalam saat itu hanya dipatok 2000 rupiah.

Melihat usahanya belum membuahkan hasil, Surbakti mulai putar otak. Ia berpikir keras bagaimana cara mengembangkan hotspring ini agar menarik minat pengunjung, utamanya kaum milenial. Waktu itu, kata Surbakti, akses jalan menuju pemandian ini sangat buruk, sehingga membuat wisatawan enggan berkunjung.

Namun Surbakti dan anak-anaknya tidak patah arang. Keluarga ini bekerja ekstra. Yang mereka lakukan adalah membenahi sejumlah fasilitas sehingga ada pembeda yang kontras dari pemandian lainnya. Tak pelak, hotspring Pariban menjadi salah satu pemandian alam air panas yang paling digemari pengunjung saat ini.

Keliling Dunia

Tak kurang dari 4000 sampai 6000 ribu pengunjung menyambangi pemandian ini setiap bulannya. Semua itu berkat kerja keras Model Surbakti dan anak-anaknya dalam mengemas destinasi wisata lokal. “Saya sudah keliling dunia, potensi alam kita sebenarnya tidak kalah unggul dari negara lain. Bedanya, mereka serius mengelolanya. Kita ogah-ogahan,” jelas Surbakti yang baru saja pulang dari Dubai, Uni Emirat Arab itu.

Menurut Surbakti, ada sejumlah alasan mengapa hotspring Pariban mampu mengungguli pemandian alam lainnya. Pertama, secara konsep. Pemandian Pariban didesain untuk wisata keluarga. Disediakan lima kolam dengan tingkat kepanasan air yang bervariasi, dari yang panas, sedang dan hangat sehingga para pengunjung bisa memilih berendam di kolam tertentu. Ada satu kolam yang cukup luas yang bahkan anak balita pun bisa berendam di sana, karena kehangatan airnya cocok buat anak-anak.

Kedua, dibangun waterboom dengan kolam air dingin segar. Anak-anak dan orang dewasa rupanya amat menyukai kolam air dingin ini. Sementara itu, di dekat kolam disediakan pulau kelinci dan taman bunga, sedangkan parit batas antara pulau kelinci dengan taman dijadikan kolam ikan mas.

Ketiga, dibangun kolam ikan yang terdiri dari tiga kolam ikan emas, dua kolam ikan hias dan satu kolam ikan lele jumbo. Sehingga selain berenang dan berendam, para pengunjung bisa mengamati ikan-ikan di kolam. Jika berminat, pengunjung juga diperkenankan memberi makan ikan dengan pelet yang harus dibeli seharga Rp 2.500 per bungkus.

Kemudian, tersedia lesehan untuk pengunjung yang hendak rehat usai berendam. Di setiap lesehan tersedia tikar. Tentu saja lesehan ini disewakan, namun harganya masih bisa terjangkau.

Selain itu, juga ada aula. Aula itu bisa dimanfaatkan untuk acara-acara khusus. Ada juga restoran yang menyediakan beragam makanan dan harganya pun terjangkau.

Restoran ini dibangun di dekat kolam air dingin, sehingga pengunjung bisa bersantap atau minum sambil melihat-lihat ikan-ikan berenang atau memandangi punggung Gunung Sibayak.

Tidak cukup sampai disitu, disediakan pula rute balapan motor ATV bagi anak-anak dan remaja. Selanjutnya, pemandian alam ini menjaga betul kebersihan tempat wisata.

Jika pengunjung telah puas berendam, mereka bisa membilas tubuhnya dengan air dingin atau air hangat di air pancuran dekat kolam air panas. Bisa juga membersihkan badan di dalam kamar mandi.

Kamar mandinya cukup banyak, sehingga pengunjung bebas memilih mau bersih-bersih di ruang kamar mandi mana. Harga tiket masuk ke pemandian ini tempo hari Rp 20.000 per orang.

Sebagai lelaki yang gemar jalan-jalan, Surbakti suka mengkloning hal-hal baik. Dari hasil wara-wiri ke berbagai negara, seperti Jepang, Dubai, New Zealand dan Belanda, ia menyerap ilmu tentang cara mengelola wisata alam.

“Ketika di Jepang saya belajar bagaimana memanfaatkan lokasi di dekat gunung untuk diolah jadi wisata alam. Kenapa mereka bisa, saya tidak? Padahal Tanah Karo ini jauh lebih indah dari tempat yang saya kunjungi,” bebernya.

Tak hanya berpelesir ke luar negeri, Surbakti juga doyan berwisata di tanah air. Ia mengunjungi berbagai pelosok negeri demi menikmati wisata alam sembari mempelajari bagaimana cara memajukan satu destinasi wisata.

“Alam kita ini memang anugerah Tuhan. Udaranya sejuk. Hanya perlu ada sentuhan tangan kita, biar makin banyak yang bisa menikmatinya,” timpalnya.

Model bercerita, bagaimana nekatnya dia mengubah ladangnya yang seluas 1,5 hektar itu menjadi lokasi pemandian. Ketika itu, para peladang lainnya justru menganggap tindakannya itu bodoh. Tetapi modal pengalamannya keliling dunia telah membuka mata batinnya sekaligus meyakinkannya kalau bisnis wisata ini bakal meledak.

Belajar dari Alam

“Saya kan bukan anak sekolahan. Pendidikan formal saya memang rendah, tetapi sekolah saya ya belajar dari alam dan dari banyak orang. Itu yang membantu saya berpikir matang,” terang lelaki yang cuma tamat SMP itu.

Dengan modal ladang, semangat berbisnis dan mendapat dukungan dari empat anak-anaknya (yang sudah tamat sarjana), Surbakti bulat tekad membangun wisata pemandian air panas. “Di ladang kami waktu itu sudah ada dua sumber air panas. Tinggal bangun kolam. Ya saya mulai,” imbuhnya.

Setelah bekerja keras membangun berbagai fasilitas wisata, dan sedikit usaha promosi lewat selebaran, perlahan namun pasti, pemandian alam Pariban kini dikenal luas oleh publik Sumatera Utara.

“Bahkan sekarang sudah viral di media sosial dan youtube. Terima kasih kepada siapapun yang membuat video dan foto-foto itu dan yang menyebarluaskannya. Jadi terkenal kolam kita ini,” pungkasnya. (Dedy Hutajulu)

Baca juga:

1. Sumatera Utara Bukan Hanya Medan, Yuk Wisata ke Kabupaten Karo

2. Berani Mengambil Resiko, Felix Sukses Buka Wisata Edukasi Madu Efi

3. Tingkatkan Geliat Pariwisata, Pemkab Karo Gelar Pelatihan Pemandu Paralayang di Tongging

4. Jarang Terekspose, Kantor Bupati Karo Menyajikan Keindahan Siosar “Negeri Indah Diatas Langit” dan Deleng Kutu

5. Air Terjun Lau Nderong, Eksotis dan Layak Dikunjungi