Dampak Erupsi Vulkanik Sinabung Kerugian Petani Karo Mencapai Rp 170,4 Miliar

Bisnis, Karo6573 x Dibaca

Kabanjahe, karosatuklik.com – Keselamatan dan kebutuhan hidup, dua hal inilah yang dipertaruhkan warga yang tinggal di kaki Gunung Api Sinabung. Lebih dari 10 tahun mereka dibayangi kekhawatiran dan kecemasan. Khawatir akan gunung yang  pertama kali mengeluarkan abu vulkanik dan luncuran larva pada tahun 2010, dan kini kecemasan akan kebutuhan hidup maupun masa depan anak-anak mereka di tengah pandemi Covid-19. Hidup adalah pilihan, dan warga pun memilih untuk berkawan dengan bencana.

Selama pandemi Covid-19, petani juga sudah mengalami kerugian karena harga anjlok, diperparah lagi dengan adanya erupsi vulkanik Gunung Api Sinabung, sehingga bisa dikatakan, petani Kabupaten Karo khususnya di lingkar Gunung Sinabung saat ini sudah jatuh tertimpa tangga lagi. Disinilah sangat diharapkan kehadiran negara (Pemerintah) memberi upaya konkret dan terukur, tidak cukup sekedar melihat dan mengucapkan kata-kata keprihatinan.

Mengingat besarnya beban berat petani akibat kerusakan tanaman yang kini mencapai 6.826 hektar di enam kecamatan dengan jumlah 23 jenis hortikultura dan kerugian mencapai Rp 170,4 miliar.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karo, Ir Metehsa Karo-Karo, Sabtu (22/08/2020), saat bincang-bincang siang dengan Karosatuklik.com di Kabanjahe, mengaku kerugian terbesar akibat erupsi Sinabung adalah kerusakan ladang pertanian. Abu vulkanis hasil letusan Sinabung memiliki daya rusak hampir semua ladang warga di enam kecamatan, yakni Namanteran, Merdeka, Dolat Rayat, Simpang Empat, Berastagi, hingga Kabanjahe.

Menurut Metehsa, daerah lingkar Gunung Api Sinabung selama ini dikenal memiliki kesuburan tanah pertanian, sehingga menjadi andalan kantong hortikultura Kabupaten Karo, bahkan Sumatera Utara.

Sentra hortikultura yang sangat subur yang memasok kebutuhan sejumlah daerah di Sumut, Riau, Kepulauan Riau, Aceh, hingga Jakarta. Produk hortikultura dari Sinabung, khususnya wortel dan kentang, juga diekspor ke Singapura dan Malaysia.

Kadis Pertanian Kabupaten Karo Ir Metehsa Karo karo meninjau lahan pertanian terdampak erupsi Sinabung bersama Kadis Tanaman Pangan & Hortikultura Provsu Ir H Dahler Lubis. (Foto/karosatuklik.com)

Setelah setahun (2019) hampir tidak ada aktivitas, tiba-tiba, Sinabung kembali erupsi pada Sabtu (8/8/2020). Kini, Sinabung pun hampir setiap hari erupsi. Abu vulkanis hasil letusannya memapar daun, buah, dan menumpuk di lahan. Ladang yang sebelumnya berwarna hijau pun berubah menjadi abu-abu. ”Banyak tanaman jelang panen rusak hingga mati setelah beberapa hari terpapar abu vulkanik cukup tebal,” urai Metehsa.

Komoditas pangan yang paling banyak rusak adalah tomat dengan kerugian Rp 46,6 miliar, disusul cabai merah Rp 41,8 miliar, kentang Rp 33,9 miliar, dan wortel Rp 9,3 miliar. Empat komoditas itu merupakan unggulan petani Kabupaten Karo. Komoditas lain yang terpapar abu adalah cabai rawit, kubis, kembang kol, jagung, dan bunga krisan dengan jumlah luasan lahan yang berfariasi.

”Bantuan yang dibutuhkan petani saat ini adalah bibit, pupuk, pestisida, dan bantuan pinjaman modal. Data terkait permohonan bantuan sudah disampaikan ke Pemkab Karo, Pemprovsu maupun ke Pemerintah Pusat,” ucapnya

Terpisah, Aktivis Pengembangan dan Pemberdayaan Potensi Daerah (PPPD) Kabupaten Karo, Hendra Ginting kepada Karosatuklik.com menilai ada beberapa titik kritis yang perlu disikapi dengan cepat oleh pemerintah. Yang paling bertanggung jawab terhadap korban bencana alam adalah pemerintah, dalam hal erupsi vulkanik Sinabung ini, petani berada di pihak korban, di mana pemerintah diminta bertindak serius dan komprehensif memberikan bantuan dan mengatasi dampak sosial dan ekonomi, tegasnya.

Cobaan berat yang menimpa Kabupaten Karo disaat bersamaan menghadapi dua bencana sekaligus, yakni bencana alam erupsi Gunung Api Sinabung dan bencana non alam pandemi Covid-19. Mengatasi hal itu tentunya tidak semudah membalik telapak tangan. “Namun dengan semangat kebersamaan yang kuat dan sinergitas antar semua sumber daya diyakini menjadi modal besar mengatasi permasalahan yang cukup berat itu,” tutur Hendra Ginting. (R1)