Kabanjahe, Karosatuklik.com – Di tengah kondisi Pandemi Covid-19, nasib petani kian terpuruk. Harga sejumlah komoditas petani terjun bebas. Jika sebelumnya kubis (kol) dan wortel tidak memiliki harga jual (anjlok) namun kini perlahan sudah naik menjadi Rp4000 per kilogram. Kini nasib buruk giliran menimpa petani kentang. Dua bulanan terakhir ini, harga kentang di tingkat petani lebih hancur.
Kentang produksi petani Kabupaten Karo, khususnya seputaran Gunung Sinabung kualitasnya diakui masih yang terbaik, tapi dihargai hanya dihargai Rp 5 ribu perkilogram. Dengan harga serendah itu, hasil panen petani belum bisa menutup modal alias merugi.
“Jika mau untung, tentunya harga jual kentang dari petani mesti lebih dari itu. “Rp 5.000 itu jatuh. Hitung-hitungan kita kalau mau nutup modal itu harus dapat harga Rp 7.000 sampai Rp 8.000 perkilogram,” kata S. Br Ginting seorang petani kentang di Desa Sukanalu, Kecamatan Namanteran Kabupaten Karo saat disambangi karosatuklik.com, Sabtu (28/11/2020) Pukul 18.00 WIB.
Jika hanganya mencapai Rp 5 ribu perkilogram, baru para petani akan merasakan rugi. “Batasnya itu Rp 5 ribu. Kalau sudah harga segitu (Rp 5 ribu per kilogram), ya siap-siap saja untuk rugi,” katanya.
Padahal sebelumnya Ia berharap, harga kentang tersebut bisa bertahan Rp8 ribu perkilogram ke atas atau minimal Rp7 ribu. “Paling tidak, petani bisa mendapatkan keuntungan yang lebih baik dibanding dengan panen sebelumnya Rp6000 per kilogram,” ujarnya.
Harga jual kentang tak sebanding dengan biaya produksi, terutama untuk pembelian benih jenis granola, pupuk dan pestisida yang cenderung semakin mahal.Hendkanya pemerintah memerhatikan nasib petani kentang dengan cara menstabilkan kembali harga kentang. Bisa juga subsidi harga jual disaat harga anjlok.
Kabupaten Karo termasuk sentra produksi kentang terbesar di Sumatera Utara, selain jagung, buah dan sayur mayur. Meski tengah kondisi kekhawatiran masa pandemi Covid-19, kebutuhan pangan yang harus terus dijaga dan dipenuhi, membuat para petani Kabupaten Karo, tidak kenal lelah, ulet dan tekun merawat tanaman mereka hingga panen tiba. Namun mereka membutuhkan kehadiran pemerintah di saat harga jual anjlok, paling tidak pemerintah memperhatikan nasib mereka. (R1)