Jakarta, Karosatuklik.com – Managing Director International Monetary Fund (IMF) Kristalina Georgieva mengatakan saat ini dunia menghadapi krisis ganda, yaitu pandemi Covid-19 dan invasi Rusia.
“Kita menghadapi krisis di atas krisis,” kata Georgieva dalam pidatonya di Washington DC, Kamis (14/4/2022) lalu.
Krisis pertama, pandemi yang menjungkirbalikkan hidup dan ekonomi kita dan ini belum berakhir.
“Penyebaran virus yang berkelanjutan dapat menimbulkan varian yang lebih menular atau lebih buruk, lebih mematikan, mendorong disrupsi lebih lanjut dan memperlebar kesenjangan antara negara kaya dan miskin,” kata dia.
Kedua, perang. Invasi Rusia ke Ukraina menghancurkan ekonomi Ukraina, mengirimkan gelombang kejutan ke seluruh dunia. “tetapi di atas segalanya adalah tragedi kemanusiaan, penderitaan pria, wanita, dan anak-anak di Ukraina, yang membuat lebih dari 11 juta orang kehilangan rumah. Hati kita tertuju pada mereka,” kata Georgieva.
Dia menambahkan, untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun, inflasi telah menjadi bahaya yang nyata dan nyata bagi banyak negara di dunia. “Ini adalah kemunduran besar bagi pemulihan global.Secara ekonomi, pertumbuhan turun dan inflasi naik,” kata dia.
“Krisis ganda ini -pandemi dan perang— dan kemampuan kita untuk menghadapinya, semakin diperumit oleh risiko lain yang semakin meningkat: fragmentasi ekonomi dunia menjadi blok-blok geopolitik—dengan standar perdagangan dan teknologi yang berbeda, sistem pembayaran, dan cadangan devisa,” tambahnya.
Pemulihan global sudah kehilangan momentum sebelum perang di Ukraina, sebagian karena gangguan terkait Omicron.
“Pada bulan Januari, kami memangkas perkiraan pertumbuhan global menjadi 4,4% untuk tahun 2022. Sejak itu, prospek telah memburuk secara substansial, sebagian besar karena perang. Inflasi, pengetatan keuangan, dan lockdown luas yang sering terjadi di Tiongkok menyebabkan kemacetan baru dalam rantai pasokan global,” kata dia.
Akibatnya, IMF akan memproyeksikan penurunan lebih lanjut dalam pertumbuhan global untuk tahun 2022 dan 2023. Untungnya, untuk sebagian besar negara, pertumbuhan akan tetap berada di wilayah positif. Meski demikian, dampak perang akan berkontribusi pada perkiraan penurunan peringkat untuk 143 ekonomi tahun ini atau mempengaruhi 86% dari PDB global,” tambahnya.
IMF akan merilisi World Economic Outlook minggu depan, di mana prospek pertumbuhan sangat bervariasi di seluruh negara: dari kerugian ekonomi yang sangat besar di Ukraina, hingga kontraksi parah di Rusia, hingga negara-negara yang menghadapi dampak dari perang melalui jalur komoditas, perdagangan, dan keuangan.
Ekonomi yang menghadapi penurunan peringkat termasuk importir bersih makanan dan bahan bakar di Afrika, Timur Tengah, Asia, dan Eropa.
Pemulihan global sudah kehilangan momentum sebelum perang di Ukraina, sebagian karena gangguan terkait Omicron.
“Pada bulan Januari, kami memangkas perkiraan pertumbuhan global menjadi 4,4% untuk tahun 2022. Sejak itu, prospek telah memburuk secara substansial, sebagian besar karena perang. Inflasi, pengetatan keuangan, dan lockdown luas yang sering terjadi di Tiongkok menyebabkan kemacetan baru dalam rantai pasokan global,” kata dia.
Akibatnya, IMF akan memproyeksikan penurunan lebih lanjut dalam pertumbuhan global untuk tahun 2022 dan 2023.
Untungnya, untuk sebagian besar negara, pertumbuhan akan tetap berada di wilayah positif. Meski demikian, dampak perang akan berkontribusi pada perkiraan penurunan peringkat untuk 143 ekonomi tahun ini atau mempengaruhi 86% dari PDB global,” tambahnya.
IMF akan merilisi World Economic Outlook minggu depan, di mana prospek pertumbuhan sangat bervariasi di seluruh negara: dari kerugian ekonomi yang sangat besar di Ukraina, hingga kontraksi parah di Rusia, hingga negara-negara yang menghadapi dampak dari perang melalui jalur komoditas, perdagangan, dan keuangan.
Ekonomi yang menghadapi penurunan peringkat termasuk importir bersih makanan dan bahan bakar di Afrika, Timur Tengah, Asia, dan Eropa. (BeritaSatu)