Namun sayangnya, sumpah pemuda sering dijadikan sebagai ritual yang kosong, sekedar diperingati, dijadikan tema-tema diskusi, tema-tema aksi tanpa pernah dijadikan refleksi relevansi spirit sumpah pemuda dalam tantangan bangsa hari ini.
Hal itu diungkapkan Ketua Pemuda Katolik Kabupaten Karo, Johanis Singarimbun didampingi pengurus lainnya, Perdianta Purba dan Seperianto Peranginangin, saat bincang-bincang dengan karosatuklik.com, menyikapi dinamika pemuda dalam kontek kekinian, Rabu (21/10/2020) Pukul 18.00 WIB di Berastagi.
Sumpah pemuda tentu bukanlah kata-kata kosong yang muncul dengan sendirinya. “Akan tetapi, secara historis merupakan konsensus suatu generasi yang lahir lewat proses sejarah yang panjang,” katanya.
Hal ini akan tampak dengan jelas apabila menyimak potret sejarah pergerakan kaum muda Indonesia yang merupakan bagian integral dari pergerakan nasional bangsa Indonesia pada umumnya,” ujarnya.
Kiprah dan peran pemuda drastis mengubah pola perjuangan pergerakan nasional dari yang bersifat kedaerahan menjadi nasional, harus terus digelorakan, sebutnya.
“Generasi muda bangsa, khususnya di Kabupaten Karo, diminta untuk terus memegang kemurnian sumpah pemuda sebagai alat pemersatu dan menginspirasi pembangunan,” tutur Johanis Singarimbun.
Sejujurnya banyak pemuda kita di daerah ini yang berprestasi, seperti dalam bidang olahraga, pendidikan, seni dan budaya, maupun dalam bidang lain. Namun perhatian pemerintah masih minim. Ini yang membuat generasi muda merasa kurang dihargai, kritiknya.
Lebih lanjut Johanis Singarimbun mengatakan, “Sumpah Pemuda itu legitimasi perjuangan segala zaman, dibelahan dunia manapun pemudanya selalu mewarnai kehidupan bangsanya,” imbuhnya

Dalam perjalanannya, sambungnya lagi, peringatan sumpah pemuda kering makna. Banyak isi sumpah pemuda tidak terimplementasi dalam program pemerintah, khususnya di Kabupaten Karo. Sumpah pemuda hari ini, harusnya dijadikan koreksi dan momentum bagi semua elemen, agar kedepan generasi muda tidak kehilangan jati diri. Disamping itu, pemuda juga harus bisa menginspirasi pembangunan, harapnya.
Berbagai persoalan dalam dinamika kehidupan berbangsa mulai dari perbedaan pendapat lebih cenderung diselesaikan dengan mekanisme voting daripada dengan musyawarah untuk mufakat, demikian juga kebudayaan kita yang terkesan asing di negerinya sendiri akibat perkembangan jaman yang semakin mengglobal dalam berbagai lini, lanjutnya.
Nilai-nilai persatuan dan kesatuan yang ditunjukkan para pemuda 93 tahun yang lalu sudah tidak tergambarkan lagi saat ini. Aksi tawuran, genk motor, yang semakin meresahkan, sering terjadi banyak melibatkan kalangan generasi muda.
Yang lebih miris lagi, aksi tawuran ini dilakukan kalangan pelajar dan mahasiswa, yang notabene tulang punggung negeri ini. Tidak hanya terjadi di kota besar seperti Jakarta, Medan, bahkan di Kabanjahe pun sudah mulai terlihat aksi-aksi pemuda yang kurang produktif, ini harus disikapi secara serius oleh pemerintah, sebutnya. (R1)












