Studi: Vaksin Kemungkinan Meredakan Gejala Covid-19 Jangka Panjang

Kesehatan790 x Dibaca

Jakarta, Karosatuklik.com – Sebuah studi pracetak di Inggris menyatakan bahwa vaksin memberikan perlindungan pada mantan pasien Covid-19 dengan gejala jangka panjang.

Melansir dari Healthline, peneliti mengikuti 66 pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit yang memiliki gejala yang bertahan hingga 8 bulan. Setidaknya 44 peserta telah mendapat vaksinasi dan 22 peserta tidak.

Orang yang menerima vaksin Covid-19 mengalami perbaikan kecil secara keseluruhan pada gejala Covid-19 jangka panjang dibandingkan dengan pasien yang tidak divaksinasi.

Sekitar 23 persen pasien yang divaksinasi melaporkan bahwa gejala mereka membaik, dibandingkan dengan sekitar 15 persen orang yang tidak divaksinasi.
Selain itu, lebih sedikit orang yang divaksinasi melihat gejala yang memburuk.

Para peneliti tidak melihat perbedaan tanggapan antara orang-orang yang menerima vaksin Pfizer-BioNTech atau Oxford-AstraZeneca. Mereka meneliti dengan pemberian vaksin Moderna.

Studi ini bersifat observasional, sehingga tidak dapat menunjukkan bahwa vaksin bertanggung jawab atas perbaikan gejala Covid-19 jangka panjang. Faktor lain dapat mempengaruhi hasil.

Belum jelas mengapa vaksin dapat mengurangi gejala Covid-19 yang lama, tetapi ahli imunologi Yale Akiko Iwasaki, PhD menyatakan bahwa orang dengan gejala Covid-19 yang masih ada mungkin masih memiliki virus korona hidup di tubuhnya yang dikenal sebagai reservoir virus.

Respons kekebalan yang kuat yang disebabkan oleh vaksin Covid-19 dapat menghilangkan virus yang tersisa, yang akan mengurangi gejala.

Kemungkinan lain adalah Covid-19 dapat menyebabkan penyakit autoimun pada beberapa orang di mana sel kekebalan secara keliru menyerang sel tubuh sendiri. Dalam kasus ini, vaksin mungkin memberikan bantuan sementara dari respon imun yang tidak tepat.

Ini mungkin menjelaskan mengapa beberapa orang yang merasa lebih baik setelah vaksinasi menemukan bahwa gejala Covid-19 mereka yang lama kembali setelah beberapa minggu.

Meski begitu para peneliti menyatakan bahwa masih diperlukan penelitian yang lebih besar. Studi ini pun belum ditinjau oleh rekan sejawat. (R1/suara.com)