BNPT Kecolongan Teror Bom Astana Anyar

Nasional695 x Dibaca

Jakarta, Karosatuklik.com – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dinilai kecolongan pada kasus ledakan bom bunuh diri di Mapolsek Astana Anyar, Bandung, Jawa Barat, pada Rabu pagi (7/12/2022).

“Peristiwa bom bunuh diri, BNPT kecolongan,” kata Anggota Komisi III DPR RI Santoso dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

Politikus Partai Demokrat ini meminta seluruh pihak terkait mewaspadai potensi bom bunuh diri menjelang libur Natal dan Tahun Baru 2023. Kejadian serupa tak boleh terulang.

Ia mengingatkan polisi dan Badan Intelijen Negara (BIN) harus mendeteksi upaya teror tersebut. Bahkan, dia meminta agar masyarakat benar-benar aman saat merayakan Natal dan Tahun Baru.

Santoso juga meminta program deradikalisasi BNPT tidak hanya berorientasi pada penyerapan anggaran. BNPT harus benar-benar membentuk sikap toleransi masyarakat terhadap perbedaan maupun pandangan politik.

Terkait hal itu, Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar mengakui tidak mudah untuk membaca pemikiran para pelaku terorisme.

“Kesulitan bahwa ideologi terorisme itu adalah dari alam pikiran. Apakah kita bisa serta merta membaca alam pikiran, isi kepala semua warga bangsa Indonesia,” katanya dalam tertulis di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, ideologi terorisme yang berasal dan berada dari alam pikiran pelaku teror tidak mudah untuk dibaca. Begitupun untuk mengetahui warga negara Indonesia yang mungkin memiliki pemikiran radikal terorisme.

Sebelumnya, Kapolda Jawa Barat Irjen Pol Suntana menyatakan ada 11 korban yang timbul akibat bom bunuh diri yang terjadi di Polsek Astanaanyar, Bandung, Jawa Barat, Rabu (7/12) pukul 08.20 WIB. Dari 11 orang itu, satu anggota polisi tewas akibat bom, sedangkan 10 orang lainnya mengalami luka-luka.

Pelaku Bom Bunuh Diri di Bandung Eks Napiter, Komisi III DPR Pertanyakan BNPT

Anggota Komisi III DPR RI Fraksi Demokrat Santoso menyinggung Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang dinilai telah memberi metode yang kurang tepat dalam membina para narapidana terorisme (napiter).

Hal tersebut disampaikan sehubungan dengan ledakan bom bunuh diri di Markas Polsek Astanya Anyar, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (7/12/2022) pukul 08.45 WIB. Pelaku merupakan bekas napiter.

“Iya dong kalau dia sampai begitu ini ya apa namanya, dianggap metodenya kurang tepat ya. Mungkin bukan gagal (dalam program deradikalisasi), tapi metodenya kurang tepat, sehingga orang yang sudah dibina tetap melakukan tindakan terorisme,” ujar Santoso kepada wartawan saat dihubungi di Jakarta, Rabu (7/12/2022).

Menurut Santoso, kejadian ini dapat menjadi bahan evaluasi BNPT terhadap program deradikalisasi ke depannya.

“Harus dilakukan evaluasi pembinaan terhadap narapidana teroris, agar tidak terulang kembali. Ini kan sudah jelas ini, orang ini memiliki dendam ini terhadap negara,” tegasnya.

Tak hanya itu, ia juga menyebut ada peluang bagi Komisi III untuk memanggil BNPT terkait hal ini.

“Kalau ada kejadian-kejadian yang krusial ya pastinya Komisi III akan memanggil. Ya saya kira sampai menjelang reses masih ada waktu kan, masih ada upaya untuk memanggil karena pelaku ini kan mantan napi teroris, kita ingin tahu programnya,” ujar dia.

Di lain sisi, Santoso juga menegaskan agar para aparat penegak hukum mulai dari BNPT, Polri melalui Densus 88, hingga BIN tidak bekerja sendiri dalam menangani kasus ini. Aksi teror seperti ini juga sudah seringkali terjadi menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru).

“Ya ini kan satu indikasi pertama bahwa mereka (teroris) mau menunjukkan dia masih ada. Kedua, sebagai shock therapy kepada pemerintah, negara begitu. Mereka menunjukkan bahwa mereka masih eksis,” ungkap Santoso.

“Yang berikutnya diperlukan kewaspadaan aparat penegak hukum gara tidak ada ego sektoral (bekerja secara sendiri-sendiri) melakukan pengamanan di Nataru ini. Jangan bekerja sendiri sendiri. Ini kan tanggung jawab bersama. Jadi harus sinkron,” tambah dia.

Agus Sujatno, Anggota JAD Jabar dan Pernah Terlibat Kasus Bom Panci

Kapolri Jenderal Listyo Sigit mengatakan pihaknya telah mengidentifikasi pelaku bom bunuh diri di Mapolsek Astana Anyar, Kota Bandung yang terjadi pada Rabu (7/12/2022) pukul 08.15 WIB.

Pelaku bernama lengkap Agus Sujatno alias Abu Muslim yang merupakan anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Jabar. Tak hanya itu, Agus juga pernah menyandang status napi teroris (napiter) mendekam di Penjara Nusakambangan.

“Yang bersangkutan pernah ditangkap karena peristiwa bom Cicendo dan dihukum 4 tahun di bulan September-Oktober 2021 bebas. Tentunya kegiatan yang bersangkutan kita ikuti, namun demikian yang bisa dijelaskan. Pelaku terafilasi JAD Bandung atau Jabar,” kata Kapolri saat mendatangi lokasi bom bunuh diri di Astana Anyar, Rabu (7/12/2022).

Perihal penahanan itu kata Jendral Listyo, Agus Muslim ditempatkan di Lapas Klas IIA Pasir Putih Nusambangan hingga akhirnya bebas. Listyo sepintas menjelaskan bahwa yang bersangkutan sulit untuk dilakukan deradikalisasi.

“Artinya dalam tanda kutip masuk kelompok yang masih merah (statusnya) tentu untuk proses deradikalisasinya membutuhkan teknik dan taktik yang berbeda. Karena masih susah untuk diajak berbicara cenderung menghindar walaupun sudah mulai melaksanakan aktifitas,” jelas dia.

Sebelumnya, aksi bom bunuh diri terjadi di Mapolsek Astana Anyar saat jajaran kepolisian tengah apel pagi di halaman. Pelaku seorang diri menerobos masuk dan mengacungkan senjata tajam (sajam) ke arah polisi yang sedang berbaris.

Melihat pelaku dengan bom yang menempel di tubuh dan sajam yang dipegangnya, para polisi pun langsung menjauh. Kemudian tak lama setelah itu tiba-tiba suara ledakan keras terdengar dan pelaku tewas mengenaskan dengan kondisi tubuh yang terbelah menjadi beberapa bagian. (Inilah.com)

Baca juga:

  1. DPR Minta Densus 88 dan BNPT Pastikan Pemilu 2024 Aman dari Kelompok Radikal
  2. BNPT Investigasi Pendanaan Terorisme Melalui Kotak Amal
  3. Bangsa Indonesia Butuh Pemuda Militan Lawan Propaganda Teroris