Kabanjahe, Karosatuklik.com – Selamat malam pembaca setia Karosatuklik.com, semoga semua pembaca dalam keadaan sehat selalu, penuh kebahagiaan, dan bersemangat serta sehat selalu.
Dari dapur Redaksi Karosatuklik.com di Jalan Pahlawan Nomor 23 Kabanjahe Kabupaten Karo, Sabtu (10/4/2021) malam, kami kembali menyajikan sebuah tulisan catatan redaksi “Kepemimpinan Terkelin Brahmana dan Cory Sebayang Unik dan Langka”.
Jarang terjadi pasangan Bupati dan Wakilnya akur hingga masa jabatan berakhir selama lima (5) Tahun mengabdi untuk rakyat.
Bahkan bisa dikatakan langka di alam demokrasi Indonesia, kepala daerah dan wakilnya tetap harmonis hingga jelang detik-detik masa pergantian Bupati dan Wakil Bupati.
Terkelin Brahmana akan segera memasuki purna jabatan dan menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan Bupati Karo kepada Cory Seriwati Sebayang yang akan dilantik di Kantor Gubernur Sumatera Utara bersama Wakilnya Theopilus Ginting pada 26 April 2021.
Tentu dimata jurnalis, selalu ada yang menarik dari setiap karakter kepemimpinan. Tidak elok memang membanding-bandingkan, karena setiap kepemimpinan memiliki kelebihan maupun juga kekurangan.
Namun setidaknya bisa menjadi refleksi bagi kepemimpinan berikutnya.
Bupati Karo Terkelin Brahmana, SH, MH dan Wakil Bupati Cory S Sebayang telah membuktikan mereka pasangan harmonis dari awal hingga jelang pergantian tampuk pimpinan Pemerintah Kabupaten Karo.
Bukan tidak sedikit yang ‘memanas-manasi’ agar mereka ‘gaduh’ di tengah jalan, tapi Terkelin Brahmana dan Cory S Sebayang selama lima tahun mengemban amanah terlihat seia sekata menunaikan janji-janji politiknya kepada rakyat sejak dipilih pada Pilkada Karo tahun 2016 lalu hingga jelang suksesi kepemimpinan di daerah yang masih dilanda bencana alam erupsi vulkanik Gunung Sinabung itu pada 24 April 2021 nanti.
Bukan tidak sedikit pula contoh kepala daerah dan wakilnya di Indonesia “pekong” alias pecah kongsi maupun ‘cerai’ di tengah jalan, namun terbukti hal itu tidak berlaku bagi pasangan serasi, Bupati Karo Terkelin Brahmana dan Wakilnya Cory S Sebayang.
Hal ini tentunya patut diapresiasi sebagai sebuah kemajuan demokrasi dengan segala dinamikanya.
Maraknya konflik antara kepala daerah dan wakilnya menjadi sorotan belakangan ini. Kasus teranyar akhir Januari lalu, Bupati Tolitoli Mohammad Saleh Bantilan melawan wakilnya Abdul Rahman H Buding dan masih banyak lagi yang pecah kongsi di tengah jalan.
Pilkada 2005-2014, 971 Kepala Daerah Pecah Kongsi
Menurut mantan Dirjen Otda Kemendagri, Djohermansyah, sejak Pilkada 2005 hingga hingga 2014 saja, banyak kepala daerah yang berkonflik dengan wakilnya sendiri.
Namun, hanya 6 persen saja pasangan yang akur.
“Kami mencatat waktu saya masih di Kemendagri dari kita pilkada 2005, itu 94 persen pecah kongsi, 6 persen saja yang akur alias tidak pecah kongsi. Jumlahnya 971 pecah kongsi, yang tidak pecah kongsi 77.
Itu 2005 sampai 2014 saja,” ujarnya di acara diskusi di Gado-gado Boplo, Jakarta Pusat, Sabtu (10/1).
Senanda dengan Djohermansyah, Peneliti Senior LIPI Siti Zuhro mengatakan, para calon yang sudah dipasangkan memiliki tujuannya masih-masing.
Sebab, kepala daerah maupun wakil nya berasalan dari partai politik.
“Ya mereka kan berasal dari partai politik, jadi ada tujuannya masing-masing. Jadi bukannya good government tapi jadi bad government,” katanya.
Menurut penulis, dari dapur Redaksi Karosatuklik.com, Jalan Pahlawan Nomor 23 Kabanjahe, Kabupaten Karo, kebanyakan kepala daerah di Indonesia cenderung memahami dan mempraktikkan kepemimpinan sebagai konsentrasi dan akumulasi kekuasaan pada dirinya.
Berbagi tugas dan kewenangan dipandang sebagai kehilangan wibawa.
Padahal, dengan pendelegasian tugas dan kewenangan kepada wakil kepala daerah dan bawahan yang lain tidak saja akan meningkatkan kelancaran penyelenggaraan pemerintahan daerah, juga meningkatkan kewibawaan kepala daerah.
Sebaliknya, wakil kepala daerah memahami dan mempraktikkan kepemimpinan daerah bukan dalam rangka melaksanakan peran sebagai orang kedua dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, melainkan sebagai pihak yang paling ”berkeringat” dalam pencalonan dan keterpilihan.
Karena itu, dia menuntut agar diberi kekuasaan penuh atas sejumlah urusan. Kalau tuntutan ini dipenuhi, niscaya akan terjadi ”matahari kembar” dalam mengurus daerah.
Konon, kekuasaan itu diperlukan sebagai sarana memperoleh pengganti uang yang telah dikeluarkan dalam jumlah besar pada masa pencalonan.
Nah, disinilah salah satu keunikan seni kepemimpinan Bupati Karo Terkelin Brahmana, sejak dilantik tahun 2016 lalu hingga hari ini, tidak pernah membatasi wakilnya Cory S Sebayang.
Justru sebaliknya, mendorong Cory S Sebayang ‘kedepan’ bergerak bersama-sama mengatasi berbagai masalah yang dihadapi Pemkab Karo maupun masyarakat Kabupaten Karo itu sendiri.
Hal ini tentunya jarang sekali terjadi (unik-red) di sistim kepemimpinan kepala daerah di Indonesia.
Sebagai catatan, hadirnya Cory Seriwaty Sebayang juga memberi warna goresan tinta emas sejarah kepemimpinan di Pemerintahan Kabupaten Karo, untuk pertama kalinya seorang perempuan memimpin Kabupaten Karo.
Di era digitalisasi yang semakin masif, kepemimpinan secara ilmiah mulai berkembang bersamaan dengan pertumbuhan manajemen ilmiah yang lebih dikenal dengan ilmu tentang mem-impin.
Hal ini terlihat dari banyaknya literatur yang mengkaji tentang leadership dengan berbagai sudut pandang atau perspektifnya.
Namun penulis mengamati dari sudut pandang jurnalis, yang melihat keunikan seni kepemimpinan Terkelin Brahmana memang cerdas dan bernas layak dijadikan sebagai referensi.
Perkembangan zaman yang semakin pesat saat ini mendorong kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) harus mengalami peningkatan agar dapat bersaing dengan kompetitor di tingkat global.
Seorang pemimpin dari skala kecil hingga besar dan dimana pun ditempatkan, harus memiliki konsep kepemimpinan yang baik.
Selain itu, kecermatan dan keterampilan komunikasi yang efektif sangat penting untuk kesuksesan dalam banyak aspek pemerintahan apalgi sekelas Kepala Daerah.
Bukanlah hal yang mudah untuk membangun Kabupaten Karo, dibutuhkan sinergitas kuat antara berbagai pihak baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat itu sendiri.
Semangat kebersamaan dengan optimisme yang tinggi merupakan kunci untuk menjawab segala permasalahan dan tantangan yang semakin berat dihadapi Kabupaten Karo.
Sejatinya, tanggung jawab pelaksanaan pemerintahan tidak hanya berada dipundak pemerintah (eksekutif) semata, namun juga pada lembaga lembaga legislative (DPRD).
Untuk meningkatkan komunikasi tidak hanya sebatas statement, melainkan harus diwujudkan dalam bentuk tindakan.
Hubungan dan mekanisme check and balance antara lembaga eksekutif dengan lembaga legislative, meningkatkan kualitas, produktifitas, dan kinerja demi terwujudnya visi misi Pemkab Karo.
Pemimpin Pembawa Perubahan
Walau di daerah sendiri tidak sedikit yang mengkritik dan mencemoh kinerjanya, namun tidak sedikit juga yang mengapresiasi kepemimpinan Bupati Karo Terkelin Brahmana ditengah berbagai prestasi mulai dari tingkat provinsi maupun jenjang nasional telah di torehkannya, satu diantaranya dari Seven Media Asia menganugerahkan Terkelin
Brahamana sebagai pemimpin pembawa perubahan dalam tajuk Indonesia Best Of The Best Awards 2020 atas kinerja Bupati terbaik Tahun 2020, dalam kegiatan yang dilaksanakan di Harris Hotel Residences Sunset Road Bali, Jumat malam (28-2-2020).
Bukan hal yang gampang, atau semudah membalik telapak tangan memimpin di tengah dua bencana sekaligus, yakni erupsi vulkanik Gunung Sinabung yang marathon sejak 2010 lalu dan bencana non alam pandemi Covid-19.
Sikap hidup yang sederhana dan membumi dalam pola kepemimpinan Terkelin Brahmana menjadi satu kebutuhan penting bagi upaya dasar membangun mental pemimpin agar tepat dan benar dalam menentukan kebijakan pemerintahan dan memberi kontribusi konkrit bagi warga. Hal inilah yang dibutuhkan seorang pemimpin.
Setidaknya catatan kecil dari dapur Redaksi Karosatuklik.com, bisa menjadi inspirasi dan referensi para pemangku kebijakan di Kabupaten Karo saat ini dan mendatang untuk tetap merawat sejarah dan kearifan lokal yang ada.
Akhirnya, Semoga kepemimpinan Terkelin Brahmana bisa dijadikan refleksi dan momentum untuk menghantar Kabupaten Karo kedepan yang lebih baik lagi. (R1)