Catatan Redaksi, Tol dan Jalur LRT Medan – Berastagi Bukan Mimpi

Catatan Redaksi, Karo5753 Dilihat

Kabanjahe, Karosatuklik.com – Pembangunan jalan Tol (bebas hambatan) Medan-Berastagi yang dikonecksikan dengan Bandar Udara Kuala Namu Internasional Air Port (KNIA) sekaligus mendukung program Mebidangro (Medan Binjei Deliserdang dan Karo) semakin dibutuhkan untuk mengantisipasi peningkatan padat volume kendaraan dan rawan macet.

Pasalnya kondisi jalan saat ini sudah tidak memadai lagi. Jalan padat kendaraan, terutama pada saat akhir pekan dan hari libur besar, bahkan di hari-hari biasa kemacetan jalan sudah menjadi pemandangan biasa.

Membangun kawasan objek wisata Danau Toba yang menjadi impian dan kebanggaan warga Sumut, harus terlebih dahulu membangun infrastruktur jalan modern maupun jalur-jalur alternatif dari Medan ke Danau Toba via lintas Kabupaten Karo.

Seharusnya Pemprovsu atau Pemko Medan, beruntung “memiliki” Tanah Karo. Selain hutannya luas, memiliki potensi pertanian dan pariwisata yang luar biasa. Selain penyumbang oksigen bagi 2 juta penduduk kota Medan, Berastagi udaranya cukup sejuk sepanjang musim menjadi magnit tersendiri bagi warga kota Medan.

Kalau di provinsi lain, pemprov-nya sudah all out membangun Tanah Karo, dengan memprioritaskan pembangunan jalan Tol-nya.

Setiap kemacetan parah di jalan Medan – Berastagi, antrian panjang bisa mencapai puluhan kilometer dari kedua arah. Dampaknta, puluhan milyar hangus terbakar setiap kemacetan parah terjadi.

Kalau masih seperti sekarang kondisi jalan yang tidak mampu lagi tetap dipertahankan tanpa solusi konkret dan terobosan inovatif, bagaimana pula nanti 3, 5 atau 10 tahun kedepan?

Terlebih saat ini kita menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean, persaingan semakin ketat dan kompetitif. Sudah jelas kita kalah bersaing. Petani kita tidak memiliki daya saing yang kuat akibat tingginya biaya produksi dan distribusi akibat seringnya terjebak kemacetan parah.

Menurut Redaksi Karosatuklik.com sudah saatnya, pembangunan jalan tol ini menjadi skala prioritas utama Pemprovsu. Konsep pembangunan jalan tol Medan – Berastagi cukup tepat sesuai perkembangan zaman, apalagi Berastagi merupakan kota wisata yang setiap saat ramai dikunjungi wisatawan, baik lokal maupun mancananegara.

Bahkan jika rencana ini terealisasi, tentu juga akan mendukung kawasan Danau Toba sebagai daerah wisata kelas dunia.

Pembangunan jalan tol Medan-Tanah Karo akan berdampak positif dan produktif bagi masyarakat Sumatera Utara, moment penting bagi pengembangan ekonomi masyarakat ditengah dampak buruk pandemi Covid-19. Sehingga daya saing ketahanan pangan perlu dipacu dengan tersedianya infrastruktur jalan bebas kemacetan.

Dengan infrastruktur yang bagus dan modern, hasil pertanian dari Kabupaten Karo maupun dari Kabupaten Dairi, Pakpak Barat, Simalungun, Humbang Hasundutan, (Humbahas) dan beberapa kabupaten dari Aceh Tenggara akan semakin cepat pendistribusiannya.

Ekonomi masyarakat yang selama ini terpuruk akibat imbas erupsi Gunung Sinabung maupun dampak pandemi Covid-19, akan bisa bangkit lagi.

Selain itu juga sebagai salah satu pendukung pengembangan pariwisata di Kabupaten Karo, termasuk di antaranya Danau Toba yang merupakan destinasi wisata nasional super prioritas. Kunjungan wisatawan dipastikan akan meningkat tajam.

Bayangkan bila pembangunan jalan bebas hambatan (jalan tol) ini terealisasi, jarak tempuh Medan – Berastagi hanya sekitar 30 menit, geliat ekonomi beberapa kabupaten tetangga seperti Dairi, Samosir, Pakpak Barat, sebagian Simalungun dan Deli Serdang termasuk Aceh Tenggara juga akan meningkat pesat.

Berastagi sebagai kawasan “puncaknya” Medan seperti Bogor dengan Jakarta akan mendatangkan multy effek player bagi Pemko Medan dan Pemprovsu sendiri.

Selain itu, dampak dari pembangunan infrastuktur yang modern akan diperoleh pengembangan wilayah di kabupaten dan provinsi yang akan menambah potensi kegiatan-kegiatan perekonomian yang baru.

Apalagi ada kabar gembira, seperti diungkapkan Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi soal jalan tol Medan-Berastagi, saat pembukaan Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Pemprov Sumut, di Ballroom Hotel Santika Medan, Kamis (08/04/2021).

Jalur Tol Dilengkapi Infrastruktur LRT Sepanjang 38,5 Km

Saat itu, ia mengatakan jalan tol Medan-Berastagi itu diharapkan bisa mulai dilakukan tahun 2022.

Bahkan tidak hanya tol, nantinya jalur Medan-Berastagi sepanjang sekitar 38,5 km itu, juga akan dilengkapi dengan infrastruktur Light Rail Transit (LRT). Posisi LRT nantiya berada di tengah jalan tol.

Bahkan Gubernur Edy menegaskan rencana tol itu bukan sekedar mimpi, tapi cita-cita. Karenanya ia meminta kepada Wakil Ketua DPRD Sumut, Mustafa Harun, dan Rahmadsyah Sibarani, mendukung rencana pembangunan tol dan LRT itu.

Ditanya bagaimana kemungkinan realisasi proyek itu mengingat sebelumnya menemui kendala, Gubernur Edy Rahmayadi mengatakan justru saat ini sedang berproses.

“Dia tolnya itu jalan layang, ini proses karena melalui tanah yang statusnya adalah hutan lindung,” ujar Edy menjawab wartawan usai pembukaan Musrenbang.

Didampingi Sekretaris Daerah Provinsi Sumut, R Sabrina, Edy Rahmayadi menjelaskan lagi saat ini semuanya masih dalam proses perizinannya. “Jadi layak, yang bisa tembus ke Berastagi,” jelasnya.

Ia beralasan perlu dibangun tol ke Berastagi, adalah di sana adalah daerah sentra pertanian, daerah pariwisata, dan juga akan dikembangkan peternakan. “Peternakan yang ke depan dengan udara dan tanah seperti itu, ini akan menjanjikan,” pungkasnya.

Benar, pembangunan jalan tol di daerah, seperti Medan-Berastagi adalah wewenang pusat.

Namun Pemerintah Provinsi Sumut sendiri tidak boleh berdiam saja, segera melakukan kajian dan membentuk kelompok kerja mengurus dan memperjuangkan jalan Tol Medan Berastagi ini ke Pemerintah Pusat.

Bisa juga dengan melibatkan investor atau BUMD Sumut seperti di Jawa dengan skema Bussiness to Bussiness (B to B) berkolaborasi antara swasta dengan BUMD maupun BUMN sehingga bisa meringankan APBN.

Atau bisa juga mencontoh konsep investasi proyek infrastruktur di Jawa seperti pembangunan jalan lingkar Bogor Selatan, Bogor by Pass, Cibubur by Pass dan lainnya yang memerankan pihak BUMD Jabar. Demikian juga pembangunan jalan baru lintas kota kecil di Jawa Timur yang memanfatkan BUMD Jatim.

Bukan tanpa sebab dan alasan kuat betapa mendesaknya jalan Medan-Berastagi ini diperbaiki dengan membangun jalan baru, misalnya karena semakin macet dan padat seiring arus kendaraan yang meningkat, baik siang maupun malam hari juga kondisi medan jalan yang rawan bila terjadi longsor tidak ada jalan alternatif sehingga mengakibatkan kemacetan total sepanjang hari hingga mencapai puluhan kilometer dari kedua arah.

Ticket pesawat terbang hangus gara-gara kemacetan dan terjebak di jalan negara Medan – Berastagi sudah sering didengar. Demikian juga masyarakat yang membutuhkan perawatan intensif (emergency) dirujuk ke rumah sakit Medan terjebak di jalan akibat macet sudah lama dikeluhkan.

Dengan demikian pembangunan ini sangat strategis untuk memberikan potensi keuntungan ganda bagi ekonomi maupun pertanian dan pariwisata dan sektor lainnya. Dengan dibentuknya perusahaan gabungan dengan swasta, BUMD bisa lebih bergeliat yang pada gilirannya akan berkontribusi lebih maksimal untuk menyumbangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemprovsu dalam jangka panjang.

Kita juga melihat upaya Presiden Joko Widodo yang terus menargetkan pembangunan infrastruktur disejumlah daerah di Indonesia khususnya di luar Pulau Jawa dan kita harapkan pembangunan jalan Tol Medan-Berastagi ini menjadi skala prioritas Presiden dan ini merupakan aspirasi murni masyarakat berangkat dari relita yang ada selama ini.

Jujur saja, diakui pembangunan Sumatera Utara terlambat dan semakin jauh tertinggal dengan provinsi tetangga seperti Riau dan Palembang (Sumatera Selatan) yang semakin maju pesat. Namun tidak ada kata terlambat. Jika diawali dengan niat baik dan kerja sungguh-sungguh mimpi itu akan menjadi kenyataan.

Namun harii ini, kita semakin optimis dan yakin pembangunan Tol Medan – Berastagi tinggal menunggu waktu.

Hal itu diperkuat lagi dengan adanya pengakuan Gubernur Sumut Edy Rahmayadi, jalan tol Medan-Berastagi itu diharapkan bisa mulai dilakukan tahun 2022.

Bahkan, menurut mantan Pangdam I/BB dan Pangkostrad itu, tidak hanya tol, nantinya jalur Medan-Berastagi sepanjang sekitar 38,5 km juga akan dilengkapi dengan infrastruktur Light Rail Transit (LRT). Posisi LRT nantiya berada di tengah jalan tol, ungkapnya.

Bahkan Gubernur Edy menegaskan rencana tol itu bukan sekedar mimpi, tapi cita-cita. Karenanya, ia meminta kepada Wakil Ketua DPRD Sumut, Mustafa Harun, dan Rahmadsyah Sibarani, mendukung rencana pembangunan tol dan LRT itu. Semoga. (R1)