Catatan Redaksi, Trauma Longsor di Jalan Medan – Berastagi

Kabanjahe, Karosatuklik.com – Kegilaan kemacetan Jalan utama Medan – Berastagi semakin menjadi-jadi. Soalnya, jalan Medan-Berastagi yang ada saat ini sudah sangat tidak layak sebagai akses utama karena sering mengalami kemacetan.

Arus lalu lintas di Jalan Letjend Djamin Ginting Medan – Kabupaten Karo lumpuh total akibat longsor dan mobil berbeban berat rusak di tengah jalan sudah teramat sering terjadi. Namun mirisnya, hingga sekarang belum ada terlihat tanda-tanda pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR akan membangun tol/jembatan layang dijalur lintasan padat dari 11 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara/Aceh itu.

Tidak saja saat terdapat truk atau mobil yang mogok, melainkan juga ketika arus kunjungan ke lokasi wisata di Berastagi mengalami peningkatan, seperti saat pelaksanaan even-even wisata di Berastagi sebelum pandemi Covid-19, juga di saat liburan Lebaran, Natal dan Tahun Baru. Kemacetan parah hingga antrian mengular berkilo-kilometer dari kedua arah sudah menjadi pemandangan biasa.

Lumpuhnya jalan Medan-Berastagi sekitar 15 jam, seperti saat longsor belum lama ini, menyebabkan banyak pengusaha sayur dan hortikultura dari Kabupaten Karo, maupun pengusaha bus AKDP, pengusaha travel dan lainnya dari sejumlah kabupaten yang rugi akibat kemacatan yang terjadi. Pasalnya, barang-barang mereka terpaksa dibuang karena busuk dan tidak jadi dibawa ke Medan.

Puluhan Milyar Kerugian Akibat Kemacetan

Kerugian akibat kemacetan jalan Medan-Berastagi yang terjadi sepanjang tahun berdampak buruk bagi sirkulasi perdagangan dan perekonomian masyarakat. Banyak sektor yang terganggu dan merugi, seperti halnya sayur mayur dan komoditi hortikultura lainnya yang ditaksir mencapai ratusan miliar rupiah per tahun.

Betapa dahsyatnya dampak buruk setiap kemacetan parah atau saat lumpuhnya jalan utama Medan-Kabupaten Karo. Mirisnya lagi, hal seperti itu selalu berulang dan berulang terjadi bahkan sudah bertahun tahun.

Selain menimbulkan kerugian secara ekonomis, kemacetan panjang Medan-Berastagi juga melahirkan dampak secara psikologis, berupa munculnya perasaan trauma dan was-was bagi masyarakat saat hendak bepergian ke Berastagi, Sidikalang dan Subussalam, yang wajib melewati jalur-jalur yang sering dilanda kemacetan panjang tersebut.

Rasa trauma yang menyerang masyarakat itu wajar terjadi. Sebab, kemacetan panjang tersebut sering terjadi tiba-tiba dan tidak pernah diperkirakan sebelumnya. Akibat adanya trauma dan kekhawatiran bakal menghadapi macet, tidak jarang banyak orang kemudian mengurungkan niat untuk menempuh perjalanan ke Kabanjahe dan Sidikalang, jika tidak benar-benar sangat urgen dan menjadi sebuah keharusan.

Ketika kita bicara seputar trauma dengan terjadinya kemacetan panjang di sejumlah lokasi menghubungkan Medan-Berastagi, maka lagi-lagi persoalannya adalah terkait dengan pentingnya membangun jalur alternatif Medan-Berastagi yang bisa terhindar dari terjadinya kemacetan, yakni pembangunan jalan tol.

Terkait dengan hal ini, Bupati Karo Terkelin Brahmana, SH, MH dan Ketua DPRD Sumatera Utara, Drs Baskami Ginting sudah berulangkali mengatakan, pembangunan jalan tol Medan-Kabupaten Karo, maupun pembangunan jalur alternatif lainnya semakin mendesak dan harus disegerakan di tahun 2021, mengingat pertambahan berbagai jenis mobil dan angkutan semakin pesat, sementara luas badan jalan tidak berubah.

Gubernur Diminta Agresif

Menguatkan usulan tol atau peningkatan jalur Medan-Berastagi itu, Bupati Terkelin Brahmana mengakui sudah dua kali melayangkan surat ke Kementerian PUPR dalam kaitan mendesak rencana pembangunan tol atau peningkatan Jalan Medan-Berastagi. Buktinya, Kementerian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR) memberi sinyal menyetujui pembangunannya, namun akibat keterbatasan dana, mungkin akan dilakukan pembangunan dua jembatan layang.

Supaya pembangunan jalan tol atau dua jembatan layang itu bisa segera diwujudkan, kita berharap Gubsu Edy Rahmayadi ikut turun tangan bersama Bupati Terkelin Brahmana plus DPRD Sumut, bisa melangkah bersama dalam melakukan ‘pressure’ lebih intens dan agresif ke pemerintah pusat, supaya pembangunan infrastruktur modern berskala nasional tersebut bisa segera dilaksanakan, agar masyarakat yang hendak bepergian ke Tanah Karo dan sekitarnya tidak mengidap trauma kemacetan.

Tidak kalah pentingnya, wacana pembangunan jalur alternatif sejajar via Medan–Simpang Tuntungan -Kutalimbaru-Sembaikan-Lau Gedang-Berastagi dan jalur via Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo – Desa Rumah Liang, Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deliserdang.

Kedua jalur strategis itu juga sudah disurvei oleh Bappeda Kabupaten Karo, tim Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) II Medan dan Dinas Bina Marga Pemprovsu merupakan jalur sejajar dengan jalan eksisting Medan-Berastagi. (R1)