Gertak Novel Bamukmin Tak Mempan, Konser Coldplay Usung Simbol Pelangi, 70 Ribu Penonton Terhipnotis

Entertainment, Music3604 x Dibaca

Jakarta, Karosatuklik.com – Usai sudah super band asal Inggris, Coldplay, gelar konser di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Rabu (15/11/2023) malam WIB.

Di tengah ancaman aksi rusuh dari penolaknya, Novel Bamukmin dkk, Coldplay tak tertekan sama sekali.

Chris Martin cs tampil lepas dengan gayanya, dan mengabaikan ancaman Novel Bamukmin agar tak membawa simbol dukungan pada LGBT (lesbian, gay, biseksual, transgender).

Sudah menjadi gaya panggung Coldplay, unsur warna pelangi kerap hadir di beberapa titik. Bagi yang tak mengerti warna pelangi itu pasti dianggap hiasan semata.

Namun, buat komunitas LGBT, warna pelangi adalah simbol mereka. Jika ada yang mengusungnya, kaum LGBT anggap itu sebagai penerimaan atas jati diri mereka.

Coldplay sendiri memiliki fans luar biasa banyak di dunia, begitu juga Indonesia. Coldplay tak pernah memandang ras atau gender dari penggemarnya, semua dianggap sama rata.

Sebagai pecinta demokrasi sejati, Coldplay pun mendukung perjuangan Palestina melawan Israel. Di akun resmi Facebook mereka kala itu, jelas menyerukan kepada fans untuk mendengar lagu “Freedom for Palestine.”

“Saya tidak setuju dengan penindasan dalam bentuk apapun,” kata Chris kala itu. Konser Coldplay di SUGBK menjadi yang pertama di Indonesia, 70.000 penggemar terhipnotis, mereka gembira dan puas.

Popularitas Coldplay melejit di album Viva La Vida Vida or Death and All His Friends (2008), tiket tur konser mereka acapkali ludes terjual.

Banyak yang mengakui dan tak dipungkiri Coldplay memiliki daya tarik luar biasa karena lagu-lagu mereka seperti memiliki kedekatan emosional dan relevan dengan hidup banyak orang.

Siapapun mendengar lagu-lagunya, sebut saja Yellow, True Love, The Scientist, Hurts Like Heaven, Paradise, Speed Of Sound, Every Teardrop Is A Waterfall, Everglow, Coloratura, Fix You, Magic, tak akan susah untuk mencintai mereka.

Salah satunya Rumi (25) wanita asal Jakarta itu mengaku sempat khawatir dengan adanya isu penolakan konser dari Novel Bamukmin dkk.

Terlebih sesaat sebelum konser dimulai terdapat aksi demonstrasi di depan SUGBK dari Gerakan Nasional Anti (Geranti) LGBT yang menuntut dibatalkanya konser Coldplay.

“Iya khawatir karena tadi siang kabarnya ada demo di depan GBK. Jadi sempet khawatir, jadi enggak ya (konser Coldplay berlangsung),” ujar Rumi.

Bukan tanpa alasan, pasalnya Rumi mengaku sudah mendapatkan tiket tersebut sejak bulan Juni 2023 lalu demi bisa menonton band kesayangannya itu.

Namun, saat melihat situasi di lokasi secara langsung ditambah dengan pengamanan cukup ketat, rasa khawatir Rumi itu pun perlahan sirna.

Penonton lainnya yakni Taya (23), mengaku tak mau ambil pusing dengan adanya isu LGBT yang dilontarkan oleh beberapa pihak terhadap Coldplay.

Pasalnya kata dia, tujuannya menonton band tersebut tak lain hanya untuk menikmati karya yang telah dibuat oleh Chris Martin dan kawan-kawan.

“Kita hanya menyukai karyanya aja, kita enggak permasalahkan pribadinya kayak gimana. Karena karyanya bagus dan menyenangkan banyak orang, jadi kita suka,” tutur Taya.

Konser-konser Coldplay sebelumnya di berbagai negara yang terekam dan ditampilkan di Youtube selalu diset megah dengan pencahayaan yang mengesankan.

Nuansa yang dihadirkan sangat positif. Orang-orang menontonnya tampak bahagia larut dalam nuansa kegembiraan yang memang mengasyikkan itu.

Mick Jagger, pentolan grup legendaris Rolling Stones, sebagai contoh.

Setahun silam, ia memosting video dirinya saat menonton konser Coldplay di Stadion Wembley Inggris.

Tanpa sungkan ia menari, mengangkat tangan dan melambaikannya. Ia bersenang-senang saat Chris Martin menembangkan lagu Fix You.

Bagi Jagger, menonton konser Coldplay seperti sebuah liburan yang sangat menghibur.

Namun, Coldplay juga dibenci sejumlah kalangan di Indonesia karena dianggap mendukung LGBT yang merupakan kependekan dari lesbian, gay, biseksual, dan transgender.

Memang tidak ada klarifikasi apapun dari Coldplay berkait tudingan yang menyebut mereka pendukung LGBT.

Namun, dalam konser Coldplay, Chris Martin acap membawa atribut warna pelangi yang konon diartikan sebagai bentuk dukungannya terhadap kaum tersebut.

Satu di antara yang menolak konser Coldplay di Jakarta, yakni Gerakan Nasional Anti LGBT (Granati LGBT).

“Untuk aksi tolak konser Coldplay akan lanjut selama tidak ada jaminan Coldplay tidak kampanye LGBT,” ungkap Novel Bamukmin seperti diberitakan Wartakotalive.com, Selasa (14/11/2023).

Novel pun marah ketika Menkopolhukam Mahfud MD membuat akan mengerahkan aparat jika ada yang menggagalkan konser Coldplay di SUGBK.

Ia bahkan mengancam akan merobohkan panggung konser Coldplay.

Granati LGBT pun menggelar demo dekat kantor Kemenpora, Senayan, Jakarta, tak jauh dari SUGBK.

Mereka berusaha masuk ke areal konser. Namun, aparat berjaga-jaga.

Usai sudah konser yang spektakuler itu. Berjalan mulus dan tuntas. Penampilan Coldplay di SUGBK menjadi yang pertama di Indonesia, 70.000 penggemar terhipnotis, mereka gembira dan puas. (WartaKotaLive.com)

Komentar