Jakarta, Karosatuklik.com – Indonesia tengah berusaha membuat kapal perang secara mandiri. Fregat Merah Putih, OPV 90, Kapal Cepat Rudal, LPD hingga LST semua dibuat Indonesia.
Bahkan Indonesia menggandeng perusahaan kapal perang dari Jerman Abeking & Rasmussen untuk membangun kapal survei bawah air.
Pembangunan kapal perang ini semua dilakukan di dalam negeri Indonesia.
Tujuan Indonesia mandiri membangun kapal perang supaya tak tergantung negara lain.
Jika mau punya militer kuat nan besar, Indonesia harus punya industri pertahanan mandiri baik pembuatan alutsista matra darat, laut dan udara.
Presiden Jokowi menegaskan kemandirian indsutri pertahanan dalam negeri harus terus didorong dengan peningkatan SDM.
“Modernisasi alutsista harus menjadi bagian penting dari pengembangan investasi industri pertahanan di dalam negeri sehingga harus didorong transfer teknologi, harus didorong peningkatan SDM, dan harus diutamakan produk dalam negeri,” jelas Jokowi dikutip dari Kominfo pada 5 Oktober 2023.
Presiden juga ingin kementerian terkait agar menggunakan anggaran pertahanan secara cermat.
Sehingga nanti alutsista yang didapat tepat guna dan modal yang dikeluarkan bisa diputar kembali di dalam negeri.
“Saya minta agar anggaran yang dimiliki karena sulit dalam mengumpulkannya, sulit dalam mendapatkannya, dan merupakan uang dari rakyat sehingga sebisa mungkin harus dibelanjakan dan harus diputar kembali untuk rakyat,” beber Jokowi.
Ketika sudah berhasil memberikan alutsista yang dibutuhkan, presiden bakal menuntut militer Indonesia lebih mampu bertindak menjaga kedaulatan NKRI.
“TNI harus mampu merumuskan secara akurat, merumuskan langkah-langkah dan strategi konkret ke depan di tengah kondisi dunia yang berubah sangat cepat dan memanasnya geopolitik dunia,” jelasnya.
Meski demikian langkah Indonesia mencoba mandiri dalam industri pertahanan sangat terjal.
Seorang insinyur Indonesia yang sudah mendesain ratusan kapal yakni Kaharuddin Djenod yang saat ini menjabat CEO PT PAL mengungkapkan ada pihak asing yang tak ingin NKRI mandiri memproduksi kapal perang.
“Kita bisa lihat bagaimana dulu ketika di era krisis moneter 1998, bagaimana berbagai pihak itu ingin meruntuhkan proses-proses industrialisasi yang telah dibangun di dua pilar di Dirgantara PTDI dan maritim dengan PT PAL.”
“Usaha-usaha ke sana untuk meruntuhkan itu semuanya sudah jelas kelihatan secara kasat mata dan itu masih terbawa terus bahwa kita tidak mampu (membuat kapal perang) dan sebagainya,” jelas Kaharuddin dikutip dari YouTube Antara Jatim pada 2 November 2023.
Untungnya saat ini publik Indonesia sudah sadar dan mendukung bahwa kemandirian membuat kapal perang mutlak harus dikuasai bangsa ini. (ZonaJakarta)
Komentar