Tingkatkan Literasi Kebencanaan, BMKG Gelar Sekolah Lapang Gempabumi di Berastagi

Karo1393 x Dibaca

Berastagi, Karosatuklik.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Kelas I Deli Serdang terus menggencarkan pelaksanaan Sekolah Lapang Gempabumi (SLG) guna meningkatkan literasi kebencanaan di masyarakat.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Kelas I Deli Serdang Agus Riyanto SP, MM, menilai literasi kebencanaan masyarakat harus terus ditingkatkan dan dilakukan secara berkelanjutan guna meminimalkan risiko gempabumi maupun longsor.

“SLG menjadi strategi kami (BMKG) mewujudkan zero victim di wilayah-wilayah yang rawan gempa bumi, menekan potensi resiko pada tingkat minimal selain inovasi teknologi yang terus dikembangkan oleh BMKG,” ujarnya saat gelaran SLG di Kabupaten Karo, yang digelar di Aula Lokus Hotel Internasional Sibayak (HIS), Berastagi, Senin (27/11/2023).

Kemudian dalam sambutan Plt. Deputi Bidang Geofisika yang disampaikan oleh Hendro Nugroho, ST, M.Si selaku Kepala Balai Besar MKG Wilayah I Medan disebutkan bahwa wilayah Kabupaten Karo memiliki ancaman serius yang berasal dari Sesar Sumatra yaitu dari segmen Tripa dan Renun dengan potensi magnitudo 6,8 dan potensi intensitas gempabumi yang dapat dirasakan di wilayah Karo VI – VII MMI artinya ini dapat saja meluluhlantahkan bangunan dengan struktur yang kokoh, ungkapnya.

Untuk itu, lanjut dia, Sekolah Lapang Gempabumi (SLG) sangat penting dilakukan guna meningkatkan literasi kebencanaan di masyarakat dan untuk Mewujudkan Masyarakat Karo Siaga Gempa bumi, terangnya

Turut hadir, Bupati Karo, Cory Sriwaty Sebayang diwakili Kepala Pelaksana BPBD, Juspri M Nadeak, S.Sos, MA, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Kelas I Deli Serdang Agus Riyanto SP, MM, Kepala BBMKG Wilayah I Medan, Hendro Nugroho, ST, MM, Satgas BPBD Kabupaten Toba, Daniel Simatupang, Kepala Stasiun Klimatologi Sumatera Utara, Wajudin, SP, M.Ikom, Kepala Stasiun Maritim Belawan, Sugiyono, Plt Kepala Stasiun Meteorolgi Kualanamu, Andi Syafrizal, S.Sos, mewakili Kapolres Tanah Karo dan Dandim 0205/TK serta undangan lainnya.

Kegiatan SLG ini rencananya akan dilangsungkan selama 2 (dua) hari, Senin-Selasa 27-28 September 2023 dan diikuti oleh 50 lebih peserta yang terdiri atas komunitas desa, komunitas sekolah, lintas instansi pemerintah daerah, komunitas kebencanaan, media, komunitas pariwisata, dan aparat.

Lebih jauh, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Kelas I Deli Serdang Agus Riyanto, memaparkan, literasi kebencanaan masyarakat harus diperkuat, terlebih di era disrupsi informasi seperti sekarang ini banyak sekali disinformasi maupun berita bohong (Hoax) yang beredar di tengah masyarakat dan menimbulkan keresahan juga kepanikan.

Maka dari itu, menurut dia, membangun literasi kebencanaan yang kuat membutuhkan sinergi dan kerja sama pentaheliks, yaitu pelibatan pemerintah, pakar atau akademisi, dunia usaha, masyarakat dan media massa.

“Kolaborasi yang kuat akan mempercepat langkah penyebaran pengetahuan tentang bencana, sehingga masyarakat semakin kuat dalam mendukung kebijakan dan strategi penanggulangan bencana,” tuturnya.

Sementara Bupati Karo, Cory Sriwaty Sebayang diwakili Kepala Pelaksana BPBD, Juspri M Nadeak, S.Sos, MA, menyampaikan bahwa pemerintah Kabupaten Karo dalam hal ini BPBD Karo senantiasa berupaya meningkatkan kewaspadaan masyarakatnya melalui langkah mitigasi struktural maupun non struktural, seperti pengadaan alat Early Warning System (EWS) Gunung Api Sinabung, pelatihan, gladi atau simulasi.

“Mitigasi struktural secanggih apapun tidak akan berhasil apabila tidak diimbangi kapasitas SDM yang baik. Oleh karena itu, mitigasi struktural dan non struktural harus berjalan seimbang,” tuturnya.

Ia juga menyebutkan, sinergi dan kolaborasi antar stakeholder baik pusat maupun daerah sangat diperlukan seperti halnya SLG ini. Maka dari itu, Ia mengucapkan terima kasih karena sudah menjadikan Kabupaten Karo salah satu daerah SLG.

Karena kedepan, Kabupaten Karo tidak luput dari ancaman bencana alam atau gempabumi. “Dengan adanya kegiatan ini diharapkan seluruh komponen masyarakat paham dan mampu melakukan penyelamatan terhadap bencana gempabumi sehingga dapat meminimalisir resiko korban jiwa maupun korban materiil,” ucapnya.

Masyarakat dapat secara aktif melatih sikap siap siaga bencana itu secara mandiri. Sebab menurutnya, penanggulangan dan antisipasi bencana menjadi tanggung jawab semua pihak.

Dicontohkan, negara Jepang yang wilayahnya sangat rawan bencana mampu menekan jumlah korban jiwa karena bencana alam. Hal itu karena warganya telah sadar dan siap siaga menghadapi bencana alam.

“Sikap seperti itu yang harus diteladani. Jadi warga di wilayah rawan gempabumi dan tanah longsor juga harus peka dan siap siaga mengamati kondisi lingkungan yang berpotensi menimbulkan bencana alam,” jelas Juspri M Nadeak.

Membumikan Budaya Naluri Bencana

Sementara, sebelumnya Anggota Komisi V DPR RI, Bob Andika Mamana Sitepu, SH saat membuka acara tersebut secara daring mengatakan, membangun budaya kesiapsiagaan bencana bertujuan untuk meminimalisasi jumlah korban saat terjadi bencana. Otomatis, budaya itu akan mengurasi risiko bencana. Pun, ia mengatakan, budaya kesiapsiagaan bencana penting diterapkan tidak hanya pada masyarakat di sekitar daerah bencana, tetapi juga sekolah, gedung, perkantoran dan lain-lain.

Ia mengatakan tidak bisa hadir karena acara tersebut sejatinya di gelar pada 22/23 November kemarin, namun karena event berskala internasional bertajuk Aquabike Endurance Grand Prix Of Indonesia di Pantai Sinalsal Tongging, pelaksanaan Sekolah Lapang Gempabumi (SLG) di undur ke tanggal 27/28 November, ujarnya.

Masih pada kesempatan ini, Bob mengaku tadinya Kabupaten Karo tidak masuk SLG, namun Ia berinisiatif meminta BMKG Pusat melalui BMKG Sumatera Utara agar dimasukkan ikut SLG, mengingat Kabupaten Karo termasuk daerah rawan bencana alam baik bencana Erupsi Gunung Api Sinabung, gempabumi maupun tanah longsor, sebutnya. (R1)

Komentar