Franc Bernhard Tumanggor: Stunting Masalah Multidimensional Harus Diselesaikan Secara Multisektoral

Pakpak Bharat, Sumut742 x Dibaca

Pagindar, Karosatuklik.com – Stunting adalah kondisi di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan sehingga menyebabkan tubuhnya lebih pendek ketimbang teman-teman seusianya banyak yang tidak tahu kalau anak pendek adalah tanda dari adanya masalah gizi kronis pada pertumbuhan tubuh si kecil, kondisi ini sebenarnya sangat dipengaruhi oleh kondisi gizi saat masa kehamilan, disamping itu masa usia seribu hari pertama sangat mempengaruhi pertumbuhan seorang anak.

Hal itu diutarakan Bupati Pakpak Bharat Franc Bernhard Tumanggor dalam kunjungannyadi Puskesmas Kecamatan Pagindar, Sabtu (7/8/2021).

Dia menjelaskan bahaya stunting atau gagal tumbuh bagi perkembangan seorang anak. “Kasus stunting ini merupakan masalah multidimensional yang perlu diselesaikan secara multisektoral,” ujar Bupati Franc.
Bupati bersama Ketua TP PKK Pakpak Bharat, Ny. Juniatry Franc Bernhard Tumanggor juga membagikan Paket Makanan Tambahan bagi ibu hamil, balita stunting serta pemberian vitamin A kepada bayi dan balita di wilayah Kecamatan terluar dari Kabupaten Pakpak Bharat itu.

Tingginya angka stunting di Kabupaten Pakpak Bharat memang telah menarik perhatian khusus dari seorang Franc Bernhard Tumanggor.

Dalam suatu kesempatan dia bahkan mengatakan kondisi stunting di Pakpak Bharat dikhwatirkan bisa menghapus satu generasi emas di wilayah ini pada masa yang akan datang.

Bupati muda ini bertekad di masa pemerintahannya untuk menghapus Pakpak Bharat dari peta stunting, beberapa langkah strategis telah diambil dan diterapkan diantaranya dengan membantu memberikan asupan gizi dan vitamin bagi ibu hamil, pemberian makanan tambahan bagi anak bayi dan balita serta terus mensosialisasikan bahaya stunting kepada seluruh masyarakat Pakpak Bharat.

Catatan Redaksi Karosatuklik.com, Bappeda Kabupaten Pakpak Bharat, pada Rapat Koordinasi Pelaksanaan Aksi Integrasi Stunting, hari Selasa, 3 Maret 2020 di Aula Bappeda Kabupaten Pakpak Bharat yang di pimpin Kepala Bappeda Jalan Berutu, S.Pd, MM, memaparkan bahwa Persentase Prevalensi Stunting di Kabupaten Pakpak Bharat pada Tahun 2017 sebesar 28,3 %, Tahun 2018 sebesar 21, 52 % dan Tahun 2019 meningkat menjadi sebesar 34,57 %.

Akar masalah Stunting:

1. Pembangunan ekonomi, politik dan sosial budaya

2. Poverty, food security, nutrition and education

3. Purchasing Power, Acces to food, Information and Services.

Aksi Integrasi ini dilaksanakan dengan mengikuti siklus perencanaan dan penganggaran pembangunan di kabupaten Pakpak Bharat untuk memastikan, antara lain,

a. Perencanaan kegiatan penurunan stunting dilakukan dengan berbasis data;

b. Intervensi gizi yang diprioritaskan oleh daerah dapat dipastikan alokasinya pada dokumen perencanaan dan penganggaran;

c. Pemantauan secara terpadu sebagai sarana untuk berkoordinasi dan melakukan penyesuaian- penyesuaian pelaksanaan program berdasarkan temuan di lapangan untuk meningkatkan kualitas intervensi; dan lainnya.

Hal tersebut dilaksanakan untuk memastikan intevensi penurunan stunting di Kabupaten Pakpak Bharat dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Sementara berdasarkan data yang dihimpun dari dinas Kesehatan Kabupaten Pakpak Bharat, pada Maret 2021, ternyata ditemukan jumlah bayi pada usia dua sampai tiga tahun mengalami stunting dan bahkan masuk dalam kategori gizi buruk sebesar 26,79 % yaitu Kecamatan Salak 209 dari 829 bayi, Kecamatan Sukaramai 241 dari 813 bayi, Kec PGGS 120 dari 409 bayi, Kecamatan Pagindar 31 dari 117, Kecamatan STTU Julu 95 dari 323, Kecamatan Tinada 136 dari 399 bayi, Kecamatan Siempat Rube 85 dari 534 bayi serta Kecamatan STTU Jehe 271 dari 1011 bayi. (R1)

Baca juga: Ditengah Pandemi Covid-19 dan Keterbatasan APBD, Bupati Franc Bernhard Tumanggor Berjibaku Menurunkan Angka Stunting