Hasto Minta Caleg Terpilih PDIP Berani Lawan Praktik Hukum Kolonial oleh Penguasa

Nasional1646 x Dibaca

Jakarta, Karosatuklik.com – Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menyebut saat ini Indonesia masih mewarisi semangat kolonial dalam sektor hukum. Namun, ia menegaskan PDIP tak takut sebab jejak sejarah telah merekam bahwa Indonesia mampu melawan kolonialisme.

Hal itu disampaikan Hasto dalam sambutannya saat membuka Sekolah Hukum yang digelar DPP PDIP di Sekolah Partai DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Jumat (14/6/2024).

“Tetapi sekian lama kita merdeka, oleh perjuangan yang berdarah-darah, yang secara luar biasa, dilakukan oleh para founding father kita, tapi ternyata kita masih sering mewarisi hukum-hukum kolonial dalam bentuk arogansi kekuasaan itu,” kata Hasto.

Hasto menceritakan yang dialami Bung Karno yang hampir ditangkap bersama teman-teman seperjuangannya di Partai Nasional Indonesia (PNI). Namun dalam kejadian itu, Bung Karno justru tak gentar melawan hukum kolonial.

“Lalu Bung Karno ditanyakan, ditanya oleh Bung Gatot, Sekretaris Jenderal PNI saat itu, apakah Bung Karno siap untuk menghadapi risiko yang terburuk di dalam menghadapi hukum kolonial itu? Lalu Bung Karno mengatakan, seseorang jangan melibatkan dirinya ke dalam perjuangan hidup atau mati, jika dia sebelumnya tidak insaf akan akibatnya,” sambungnya.

Oleh karena itu, Hasto meminta seluruh kader PDIP untuk berbangga lantaran memiliki rekam jejak sejarah perjuangan melawan hukum kolonial.

“Jadi saudara-saudara sekalian, berbanggalah, bahwa PDI perjuangan ini memiliki rekam jejak sejarah perjuangan dengan Partai Nasional Indonesia, dimana para pemimpinnya berani berjuang meskipun harus menghadapi hukum kolonial,” tegasnya.

Ia juga mengingatkan para kader PDIP agar jangan pernah berpikir kalau meraih kemerdekaan adalah hal yang mudah. Pasalnya Bung Karno telah memberi contoh dengan harus melalui berbagai perjuangan.

“Jadi Bapak-Ibu dan saudara-saudara sekalian, kita adalah partai pejuang, sejak zaman kolonial, kita, Bung Karno mengadapi suatu bentuk ketidakadilan, dari hukum-hukum Belanda, untuk memenjarakan, mereka yang berjuang, bagi keadilan, bagi kebenaran,” pungkasnya.

Masa Depan Bangsa Makin Jauh dari Cita-Cita Proklamasi

PDI Perjuangan (PDIP) memperingati hari lahir Bung Karno di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis (6/6/2024).

Menurut Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP Hasto Kristiyanto, mengenang 123 tahun lahirnya Bung Karno, ide, gagasan, pemikiran, cita-cita dan perjuangan Bung Karno masih selalu relevan bagi Indonesia dan dunia.

Meski begitu, kata Hasto apa yang dicita-citakan Bung Karno bahwa di dalam bumi Indonesia merdeka seharusnya tidak ada kemiskinan, ternyata masih jauh dari kenyataan yang ada saat ini.

“Konstruksi pemikiran Bung Karno yang berakar dari falsafah pembebasan petani, nelayan dan buruh serta seluruh lapisan masyarakat yang terjajah hidupnya semakin ditinggalkan,” kata Hasto.

“Rakyat hanya diperlakukan sebagai obyek elektoral melalui bansos, sementara tambang yang seharusnya dikuasai negara dibagi-bagi konsesinya dengan misi populis-elektoral,” sambungnya.

Upaya Progresif Terganjal Ambisi Kekuasaan

Hasto mengatakan, dalam perspektif global, pemikiran Bung Karno tentang gagasan struktur dunia yang demokratis hingga kesetaraan setiap negara dalam keanggotaan PBB merupakan jawaban atas struktur dunia yang anarkis dengan berbagai pertarungan geopolitik yang terjadi saat ini.

“Sayang sekali, upaya progresif untuk mempercepat kemajuan bangsa yang bertumpu pada kualitas manusia Indonesia, supremasi hukum, dan sistem meritokrasi yang handal, terganjal oleh ambisi kekuasaan dan penyakit nepotisme yang justru diawali dari puncak kekuasaan,” ucap Hasto.

Oleh sebab itu, Hasto berharap agar peringatan hari lahir Bung Karno ke-123 semakin mendorong tekad meluruskan arah masa depan bangsa yang semakin jauh dari cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945.

“Baik dalam sistem politik, ekonomi, hukum, budaya, maupun politik luar negeri,” kata Hasto. (Liputan6.com)

Komentar