Jakarta, Karosatuklik.com – Transformasi pendidikan vokasi melalui kebijakan Merdeka Belajar episode ke-8: SMK Pusat Keunggulan telah memberikan dampak pada lebih dari 1,9 juta siswa SMK di seluruh Indonesia. Tidak hanya menyiapkan talenta-talenta unggul untuk Indonesia Emas 2045, melalui SMK Pusat Keunggulan, SMK-SMK di Indonesia telah terbukti mampu menciptakan berbagai produk dan inovasi yang diminati oleh dunia industri.
Perubahan masif melalui program SMK Pusat Keunggulan terus terjadi di berbagai SMK-SMK di Indonesia. Melalui Vokasifest X Festival Kampus Merdeka 2023, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menampilkan berbagai perubahan yang salah satunya adalah produk dan inovasi hasil karya pelajar SMK. Kursi kereta api eksekutif produksi SMKN 2 Salatiga, Jawa Tengah merupakan hasil inovasi dan kolaborasi SMK dengan industri.
Produk salah satu SMK Pusat Keunggulan ini terbukti telah memenuhi kebutuhan industri serta meningkatkan daya saing produk bangsa. Kursi kereta api produksi siswa SMKN 2 Salatiga juga telah digunakan oleh PT Industri Kereta Api (PT INKA) dan dioperasikan pada rangkaian kereta api eksekutif hingga luxury produksi PT INKA.
“Sampai saat ini, kami sudah membuat dua tipe kursi kereta untuk kelas eksekutif. Untuk tipe yang terbaru sudah dipasang di gerbong kereta Taksaka yang beberapa waktu lalu itu sedang diuji coba,” kata R. Sartono yang merupakan Guru SMKN 2 Salatiga dalam keterangannya di Acara Vokasifest X Festival Kampus Merdeka di Jakarta, pada Selasa (12/12/2023).
Sartono menambahkan, pembuatan kursi kereta api untuk kelas eksekutif model terbaru tersebut hampir 100 persen merupakan karya bangsa sendiri, mulai dari desain, material yang digunakan, hingga pengerjaan yang dilakukan murni oleh anak-anak SMK. “Hanya tinggal dua komponen saja yang masih impor, sisanya sudah buatan dalam negeri semua,” ucap Sartono.
Lebih lanjut, Sartono menuturkan bahwa pembuatan kursi kereta api ini dilakukan secara kolaborasi dengan melibatkan satu politeknik, empat SMK, dan industri D’Tech Engineering yang berperan sebagai supervisi, desain, dan penanggung jawab risiko. Sedikit berbeda dengan kursi kereta api yang dirancang sebelumnya, kursi kereta kelas eksekutif ini dirancang dengan sandaran kursi yang lebih panjang sehingga lebih nyaman.
Selain itu, kursi kereta juga dilengkapi dengan soket untuk beberapa keperluan seperti mengisi daya pada ponsel dan sebagainya. “Selalu ada inovasi baru yang ditawarkan dan dihasilkan oleh para pelajar SMK, khususnya di SMKN 2 Salatiga,” ujar Sartono.
Produksi yang Terus Meningkat
Kursi kereta api karya pelajar SMK sudah digunakan oleh PT INKA dengan nilai proyek yang terus bertambah setiap tahunnya. Hal tersebut membuktikan kepercayaan dan kepuasaan PT INKA atas produk karya pelajar SMK tersebut. Sartono menilai bahwa proyek dari pembuatan kursi kereta ini mencapai 2,5 miliar rupiah di tahun 2022 dan pada tahun 2023 PT INKA kembali memesan kursi karya pelajar SMK sebanyak 1.400 kursi kereta eksekutif dan juga kursi kereta luxury sebanyak 100 unit.
Kursi luxury tersebut menjadi kursi luxury revolving pertama buatan Indonesia dengan nilai proyek yang mencapai 20 miliar rupiah dan juga kursi tersebut sudah digunakan pada kereta New Argo Dwipangga, New Argo Lawu, dan Taksaka. “Untuk proyek selanjutnya pada tahun 2024-2025 kolaborasi akan akan mencapai angka 80 miliar rupiah dengan potensi proyek kenaikan nilai TKDN (tingkat komponen dalam negeri) kereta api,” tambah Sartono.
Pada pembukaan Vokasifest X Festival Kampus Merdeka, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim, mengatakan bahwa transformasi pendidikan baik di pendidikan tinggi maupun pendidikan vokasi telah merancang sistem pendidikan termasuk pendidikan vokasi yang lebih terbuka dan inovatif. “Dengan demikian, tidak ada lagi sekat-sekat antara industri dan satuan pendidikan vokasi untuk saling berkolaborasi. Nilai insentif untuk kolaborasi industri dengan SMK Pusat Keunggulan telah mencapai 614 miliar rupiah dan akan terus kami tingkatkan,” kata Menteri Nadiem di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, pada Senin, (11/12).
Menteri Nadiem menambahkan, saat ini satuan pendidikan vokasi, termasuk SMK-SMK di Indonesia sudah tidak lagi mengenal kerja sama yang hanya MoU. Kini kerja sama dengan industri pada satuan pendidikan vokasi dilakukan dengan keterlibatan langsung industri dalam teaching factory maupun project based learning di sekolah maupun di perguruan tinggi vokasi.
Selain kolaborasi PT INKA dengan sejumlah SMK dan politeknik, Menteri Nadiem juga melaporkan bahwa bukti keberhasilan lainnya adalah kolaborasi industri dengan SMK Perikanan dan Kelautan Puger, Jember. Kolaborasi tersebut telah mengembangkan teaching factory tambak udang. Laba bersih dari kegiatan teaching factory bersama industri di salah satu SMK Pusat Keunggulan di Jawa Timur tersebut telah mencapai 1,2 miliar rupiah per tahunnya serta hasil tambak tersebut juga berguna untuk memenuhi pasar ekspor. (Tim Ditjen Vokasi / Editor: Destian, Azis P.)
Komentar