Kabanjahe, Karosatuklik.com – Longsor susulan di jalan nasional Medan-Berastagi, tepatnya dari dinding tebing sekitar tangkapan air PDAM Tirtanadi di Desa Sembahe sampai Sibolangit mengancam setiap pengguna kendaraan.
Cuaca ekstrem yang melanda kawasan Medan, Deli Serdang hingga Kabupaten Karo, terlebih saat hujan deras dan angin kencang terjadi. Kayu-kayu besar dan tinggi serta longsor dari perbukitan terjal dari atas bahu jalan maupun di bawah bahu sewaktu-waktu dapat terjadi menimpa kendaraan yang selalu padat melintas tujuan Medan maupun sebaliknya.
Pantauan liputan tim karosatuklik.com, tercatat sekitar 15 titik rawan longsor mulai dari Km 35 Desa Sembahe sampai Kilometer 38 pintu gerbang Cagar Alam Sibolangit. Beberapa hari kemarin (Jumat, 4/12/2020) Jalan Medan – Berastagi putus total sampai 15 jam akibat di beberapa titik terjadi longsor, kayu tumbang dan batu-batu gelondongan meluncur ke badan jalan. Bahkan menimpa mobil yang menyebabkan rusak parah.
Sekitar 15 titik sisa-sisa material longsor mulai pintu Cagar Alam Sibolangit hingga menjelang jembatan desa Sembahe, sama sekali belum dibersihkan. Kecuali pembersihan diatas badan jalan. Sementara, gelondongan material longsoran dibiarkan menumpuk di pinggir bahu jalan. Parahnya lagi, diatas bekas longsoran, sangat dimungkinkan terjadi longsor susulan mengingat kondisi tebing yang sudah rapuh. Gelondongan material berupa batu serta pohon-pohon, bisa sewaktu-waktu meluncur menimpa jalan, apalagi saat ini intensitas hujan sangat tinggi.
Sejumlah pengemudi mobil dan bus yang ditemui tim liputan karosatuklik.com, Jumat (18/12/2020) pukul 15.00 hingga 17.00 WIB mengharapkan, agar pihak terkait baik dari Satker Metropolitan Medan, BBPJN I Medan, Pemprovsu dan Pemkab Deliserdang dapat berkoordinasi menebang ataupun memangkas kayu-kayu besar dan tinggi mau pun yang sudah mati (lapuk), agar tidak mengancam pengguna jalan terlebih saat ini hujan atau angin kencang terus terjadi. “Terlebih lagi dipastikan, sejak hari ini hingga tahun baru 2021 nanti, jalan ini akan semakin ramai dan padat,” kata Dayat Ginting, seorang pensiunan ASN.
Sepanjang jalan dari Sembahe-Sibolangit, kayu-kayu besar dan tinggi serta sebagian sudah mati dan lapuk tumbuh ditutupi semak sampai ke pucuk kayu. Ada kayu yang sudah mati dan lapuk berdiri miring arah ke badan jalan, sehingga seketika dapat tumbang beserta material batu-batuan yang menempel di tebing diatas jalan.
Namun anehnya, kata Dayat Ginting, sejak longsor kemarin, hingga sekarang belum ada terlihat pemangkasan kayu-kayu besar di pinggir badan jalan yang rawan tumbang, sementara libur Natal dan pergantian tahun tinggal hitungan hari, sebutnya.
Jalan yang menghubungkan Medan – Kabupaten Karo dibayangi ancaman longsor bukan hanya di seputaran Sibolangit hingga Sembahe. Longsor di badan jalan seputaran Doulu, Kabupaten Karo hingga perbatasan Deliserdang juga kerap kali terjadi. Sedikitnya 10 titik di sekitar kawasan hutan lindung Taman Hutan Raya Nasional (Tahura) Bukit Barisan tersebut rawan longsor.
Jalan Berlubang dan Rusak
Anggota DPRD Sumatera Utara, Salmon Sagala, SE mengaku longsor bisa terjadi kapan saja mengingat intensitas hujan dan cuaca ekstrim. Dia meminta pemprovsu menyediakan alat berat di sejumlah lokasi yang rawan longsor.
Politisi PDIP itu mengkritik perbaikan jalan nasional yang menghubungkan Medan dengan beberapa kabupaten di Sumut dan Provinsi Aceh itu. Menurutnya, perbaikan di sejumlah titik tak pernah bertahan lama. Perbaikan yang dilakukan di titik-titik tertentu melalui dana perawatan rutin setiap tahunnya, tidak mampu bertahan lama, kecamnya.
“Hanya menghabiskan anggaran milyaran rupiah setiap tahun. Karena belum setahun, sudah hancur lagi. Buktinya, seputaran Bandar Baru atas, kondisi jalan yang berlobang, hotmix yang tergerus banyak ditemui. (R1)