Kemendikbudristek dan Perguruan Tinggi Indonesia Perkuat Kerja Sama Bidang Pendidikan dengan Inggris

Nasional1598 x Dibaca

Edinburgh, Karosatuklik.com – Hubungan kerja sama bidang pendidikan antara Indonesia dengan Kerajaan Inggris Raya dan Irlandia Utara (atau yang biasa dikenal sebagai negara Inggris) telah terjalin kuat selama kurang lebih 75 tahun terakhir.

Pada tahun 1948, Pemerintah Inggris telah mulai mengirimkan perwakilannya di Indonesia, yakni diawali dengan penempatan “The Council” atau yang kini dikenal sebagai “The British Council” (BC) guna mempromosikan kerja sama bidang pendidikan dan kebudayaan antarkedua negara. Guna menjaga dan terus menguatkan kerja sama, pemerintah kedua negara secara reguler menyelenggarakan pertemuan Joint Working Group (JWG) atau Kelompok Kerja Bersama guna membahas perkembangan beragam inisiatif kerja sama hingga melakukan eksplorasi kerja sama baru.

Pada 20 s.d. 23 November 2023, Pelaksana tugas (Plt.) Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Nizam, memimpin kunjungan kerja delegasi Indonesia ke Skotlandia (negara bagian Kerajaan Inggris Raya) guna menghadiri serangkaian pertemuan JWG Indonesia-Inggris Bidang Pendidikan. Tahun ini merupakan kali kesepuluh forum JWG Bidang Pendidikan diselenggarakan oleh kedua negara. Rombongan delegasi Indonesia terdiri atas pejabat senior di lingkungan Kemendikbudristek, yakni Direktur Pendidikan Tinggi Vokasi, Plt. Direktur Pendidikan Profesi Guru, Plt. Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, dan pimpinan dari 10 universitas dan 4 politeknik asal Indonesia.

Pada tahun ini, forum JWG berfokus pada tiga topik utama, yakni pendidikan tinggi transnasional dan keterampilan, pembangunan kompetensi guru, dan transformasi sistem pendidikan. Delegasi Pemerintah Inggris dipimpin oleh the United Kingdom Government’s International Education Champion, Sir Steve Smith, dan beranggotakan perwakilan dari Kementerian Pendidikan dan Kementerian Bisnis dan Perdagangan Inggris serta British Council.

Berperan sebagai co-chair pertemuan JWG bersama the UK Government’s International Education Champion, Nizam membuka pertemuan dengan menggarisbawahi sejumlah capaian kerja sama pendidikan kedua negara dan komitmen Indonesia dalam mewujudkan visi kebijakan “Merdeka Belajar.”

“Situasi dunia yang berubah dengan cepat turut memperbesar tantangan sekaligus menciptakan tantangan baru bagi dunia pendidikan. Melalui Merdeka Belajar, kami berfokus pada upaya transformasi pendidikan dari level pendidikan usia dini hingga pendidikan tinggi guna membangun pendidikan yang relevan dan berkualitas,” terang Nizam saat membuka pertemuan JWG pada Kamis, (23/11/2023).

Salah satu upaya pembangunan talenta dalam kerangka kebijakan Merdeka Belajar adalah dengan membuka kesempatan pengembangan diri seluas-luasnya bagi pelajar maupun insan pendidik, terlepas dari latar belakang status sosial-ekonomi dan kedaerahan mereka.

Bersama dengan Inggris, sejumlah program, seperti Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) telah membuka kesempatan bagi mahasiswa Indonesia untuk belajar selama satu semester di kampus-kampus terbaik di Inggris sekaligus membangun jejaring global. Sejak IISMA akademik diluncurkan pertama kali pada 2021 dan IISMA edisi vokasi pada 2022, telah terdapat sebanyak 22 kampus Inggris yang terlibat dan menerima sebanyak 764 awardees Indonesia yang sekaligus menjadikan Inggris sebagai salah satu negara destinasi utama IISMA.

Pada tahun ini saja, terdapat 289 awardees sedang menjalankan kedua program tersebut di 13 kampus Inggris untuk program IISMA dan 10 kampus Inggris untuk program IISMA vokasi.

Selain diperuntukkan bagi pelajar, upaya pewujudan visi “Merdeka Belajar” turut memberikan kesempatan pengembangan kompetensi bagi insan pendidik. Melalui program “Bridging Course”, para dosen tetap dan memiliki Nomor Induk Dosen Nasional (NIDN)/ Nomor Induk Dosen Khusus (NIDK) pada Perguruan Tinggi Penyelenggara Pendidikan Akademik di bawah Kemendikbudristek untuk mengikuti pelatihan pradoktoral di perguruan tinggi luar negeri selama tiga bulan.

Pada tahun ini, Kemendikbudristek telah mengirimkan 16 dosen ke Universitas Warwick, Inggris, dan 14 dosen ke Universitas Sheffield, Inggris, untuk mengikuti program tersebut. Upaya peningkatan kompetensi dosen politeknik turut dilaksanakan melalui kerja sama antara Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi dengan Universitas Coventry asal Inggris melalui pelaksanaan program sertifikasi profesi dan magang industri. Pada tahun ini, terdapat total 24 dosen politeknik diberangkatkan ke Inggris melalui skema program tersebut.

“Kami mengapresiasi kerja sama yang baik dengan Universitas Coventry. Ke depan, mari kita mendorong kerja sama antar instansi pendidikan tinggi kejuruan (politeknik) kita, salah satunya melalui penjajakan pembentukan konsorsium guna memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan praktik baik di antara mereka,” gagas Direktur Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi, Kemendikbudristek, Beny Bandanadjaja.

Co-Chair pertemuan JWG dari pihak Pemerintah Inggris, Sir Steve Smith, menyampaikan apresiasi atas kunjungan kerja delegasi Indonesia ke Inggris sekaligus menyampaikan komitmen kerja sama berkelanjutan dengan Indonesia.

“Kerja sama pendidikan antara Indonesia dan Inggris telah berkembang dengan sangat pesat. Kami sepakat dan berkomitmen untuk terus mendorong kerja sama berkelanjutan dan membawa keuntungan dua arah, baik bagi Indonesia maupun Inggris,” jelasnya.

Salah satu bidang kerja sama baru yang didiskusikan selama pertemuan JWG adalah peningkatan kompetensi guru bahasa Inggris di Indonesia.

“Indonesia berencana untuk memasukkan kembali pelajaran bahasa Inggris dalam kurikulum pembelajaran siswa sekolah dasar, yakni bagi murid kelas tiga ke atas, pada tahun 2024. Oleh sebab itu, penyiapan guru bahasa Inggris yang kompeten menjadi penting untuk dilaksanakan saat ini,” ungkap Plt. Direktur Pendidikan Profesi Guru, Kemendikbudristek, Adhika Ganendra.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif British Council Indonesia, Summer Xia, menyampaikan dukungan atas gagasan tersebut. “Kami turut meyakini bahwa penyiapan guru yang berkualitas akan membawa dampak domino yang signifikan bagi peningkatan kualitas talenta suatu negara. Kami berkomitmen untuk mendukung upaya Indonesia dalam meningkatkan kualitas guru melalui sejumlah program, baik yang telah kami susun maupun yang nantinya disusun bersama dengan Kemendikbudristek,” tutur Summer Xia.

Upaya untuk menjaga relevansi pendidikan tentu tidak dapat dilepaskan dari pentingnya upaya menjaga keberlanjutan dialog dan pertukaran pengetahuan seputar kebijakan pendidikan antar-negara.

“Kurikulum Merdeka disusun berdasarkan kebutuhan pendidikan nyata di lapangan, khususnya bagaimana kami menangani learning loss sebab pandemi yang terjadi saat menyusun kurikulum ini. Ke depan, kerja sama pengembangan kurikulum hingga modul pembelajaran serta dialog kebijakan dapat menjadi area kerja sama yang sangat potensial ditindaklanjuti antara Indonesia dan Inggris,” ungkap Plt. Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Kemendikbudristek, Zulfikri Anas.

Menanggapi gagasan Zulfikri, Head of China and Asia Pacific, International Partnerships, the UK Government’s Department for Education, Bethan Dinning, turut menggarisbawahi pentingnya penguatan kerja sama kedua negara melalui pelaksanaan dialog teknis dan tematik.

“Meskipun berbeda dari segi ukuran negara, ada banyak irisan isu yang dapat didiskusikan antara Indonesia dan Inggris. Isu-isu strategis seperti penggunaan data dalam pendidikan, hingga penguatan regenerasi sekaligus rekrutmen guru menjadi tema yang sangat relevan untuk dibahas oleh kedua negara saat ini,” gagas Bethan.

Menutup pertemuan JWG, Nizam menekankan lima prinsip penting kerja sama esensial guna meningkatkan keeratan kerja sama Indonesia dan Inggris.

“Lima prinsip kerja sama SWIFT, yakni kerja sama dirintis dengan shared vision, perlu win-win bagi kedua belah pihak, dilaksanakan dengan penuh initiative, menghasilkan fast result, dan dilingkupi trust dalam proses implementasinya,” ungkap Nizam.

Pertemuan JWG ditutup dengan penandatanganan Agreed Minutes yang berisikan ulasan komitmen kerja sama yang akan ditindaklanjuti di antara kedua negara. Salah satu perihal utama yang disepakati dalam Agreed Minutes JWG kali ini adalah komitmen penyusunan rencana implementasi kerja sama bilateral yang lebih terstruktur dan termonitor dengan baik di antara kedua negara, khususnya pada tiga bidang utama, yakni pendidikan tinggi transnasional dan keterampilan, pembangunan kompetensi guru, dan transformasi sistem pendidikan.

Lebih dari itu, pertemuan JWG turut menyepakati adanya pertemuan lanjutan di level teknis untuk membahas sektor kerja sama secara tematik dan lebih spesifik, yaitu pada sektor pendidikan tinggi, pendidikan vokasi dan pelatihan, keguruan dan bahasa Inggris, serta sistem sekolah, sehingga dapat mewujudkan dialog pertukaran kebijakan dan implementasi kerja sama yang lebih baik antarkedua negara.

Perguruan Tinggi Indonesia Gali Potensi Kerja Sama dalam ID-UK Higher Education Forum

Selain untuk menghadiri pertemuan JWG, delegasi Indonesia turut menghadiri sejumlah agenda pertemuan lainnya, yakni BC Going Global Conference (20/11), kunjungan ke Dundee University’s Life Science Innovation Hub (21/11), pertemuan dengan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Edinburgh (21/11), ID-UK Higher Education Forum (22/11), dan diskusi bersama diaspora akademik Indonesia di Inggris (23/11).

ID-UK Higher Education Forum merupakan ajang pertemuan antara delegasi perguruan tinggi dari kedua negara untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman, sekaligus memperluas koneksi dan mengeksplorasi kerja sama. Pada forum yang diselenggarakan di Universitas Edinburgh pada 22 November 2023 tersebut, perwakilan dari 10 universitas dan 4 politeknik Indonesia aktif berbagi gagasan sekaligus mendiskusikan lebih lanjut proposal kerja sama antarperguruan tinggi yang telah disusun sebelum bertandang ke Inggris.

Sebanyak 37 proposal kerja sama berhasil disusun oleh empat belas instansi pendidikan tinggi asal Indonesia, yakni Universitas Gadjah Mada, Universitas Padjajaran, IPB University, Universitas Hasanuddin, Universitas Syiah Kuala, Universitas Negeri Padang, Universitas Gorontalo, Universitas Negeri Surabaya, Binus University, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Politeknik Negeri Batam, Politeknik Elektronik Negeri Surabaya, Politeknik Negeri Semarang, dan Politeknik Negeri Sriwijaya.

Keempat belas instansi pendidikan tinggi Indonesia tersebut bertemu dan mendiskusikan proposal kerja sama mereka dengan perwakilan dari 19 instansi pendidikan tinggi Inggris, di antaranya adalah University of Nottingham, University of Strathclyde, City of Glasgow College, Lancaster University, Dundee University, University of Essex, dan King’s College London.

“ID-UK Higher Education Forum menyediakan kesempatan yang strategis bagi upaya penguatan kerja sama antara perguruan tinggi Indonesia dan Inggris. Tidak hanya menjadi forum tempat bertemu, ID-UK Higher Education Forum turut memberikan dorongan bagi setiap pesertanya untuk berupaya konkret membangun kerja sama,” ungkap Nizam, saat memberikan sambutan.

“Perguruan tinggi menjadi mitra yang sangat penting bagi upaya penguatan kerja sama bilateral antara Indonesia dan Inggris. Kami sangat gembira melihat perkembangan kerja sama yang telah dirintis saat ini dan optimistis bahwa kerja sama yang baik ini dapat terus berlanjut dan berekspansi ke depannya,” terang Sir Steve Smith.

Indonesia Menjadi Perhatian Dunia dalam British Council Going Global Conference

Pada hari pertama kunjungan kerja di Skotlandia (20/11), Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kemendikbudristek, Nizam, berkesempatan menjadi salah satu narasumber dalam sesi diskusi panel British Council Going Global Conference.

Pada konferensi dua tahunan yang dihadiri oleh sekitar 300 pakar dan pemimpin sektor pendidikan dari berbagai negara tersebut, ia membagikan pengalaman Indonesia seputar kebermanfaatan kerja sama pendidikan transnasional dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia. (Sumber: Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi)

Komentar