LSI Denny JA: Jokowi Makin Diserang, Pendukungnya Pergi dari Ganjar-Mahfud

Politik6932 x Dibaca

Jakarta, Karosatuklik.com – LSI Denny JA membandingkan elektabilitas ketiga pasangan calon capres-cawapres sejak 3 bulan terakhir. LSI Denny JA menganalisis secara khusus elektabilitas Ganjar Pranowo-Mahfud Md yang menurun sejak 3 bulan terakhir.

Survei digelar pada 6-13 November 2023 dengan melibatkan 1.200 responden. Para responden dipilih secara acak atau multistage random sampling.

Metode survei dilakukan dengan wawancara tatap muka menggunakan kuesioner. Adapun margin of error survei sebesar 2,9% dengan tingkat kepercayaan 95%.

Berikut ini perbandingan elektabilitas ketiga capres dalam 3 bulan terakhir versi LSI Denny JA:

September
Prabowo-Gibran 39,3%
Ganjar-Mahfud 36,3%
Anies-Cak Imin 15%
TT/TJ 8,8%

Oktober
Prabowo-Gibran 36,8%
Ganjar-Mahfud 35,3%
Anies-Cak Imin 17,2%
TT/TJ 10,7%

November
Prabowo-Gibran 40,3%
Ganjar-Mahfud 28,6%
Anies-Cak Imin 20,3%
TT/TJ 10,8%

Alasan Elektabilitas Ganjar-Mahfud Turun
Pembicara LSI Denny JA Adjie Al Faraby menganalisis lebih lanjut terkait elektabilitas Ganjar Pranowo-Mahfud Md. Dia menyebut salah satu alasan yang membuat elektabilitas Ganjar-Mahfud turun yakni serangan ke Presiden Joko Widodo (Jokowi).

“Blunder kubu Ganjar atau PDIP, Jokowi semakin diserang justru pendukung Jokowi semakin banyak pergi dari pasangan Ganjar-Mahfud. Ketika kita coba buat breakdown dari simulasi 3 paslon, lalu kita coba buat simulasi breakdown pemilih puas dan kurang puas, pilihan atau dukungan pemilih yang puas terhadap kinerja Jokowi ke pasangan Ganjar-Mahfud justru mengalami penurunan,” kata Adjie saat memaparkan survei, Senin (20/11/2023).

Adjie mengatakan serangan kubu Ganjar Pranowo kepada Jokowi justru menyebabkan 7,5% pendukung Jokowi meninggalkan Ganjar. Dia menyebut pendukung Jokowi justru berbalik badan dari Ganjar ketika diserang.

“Di Oktober waktu itu di angka 39,4%, di November 2023 turun di angka 31,9%. Jadi ada blunder yang dilakukan kubu Ganjar, karena semakin menyerang Jokowi, ternyata justru dukunganya di pemilih yang puas terhadap Jokowi justru mengalami penurunan. Ada penurunan 7,5% pemilih yang puas dengan kinerja Jokowi lari dari pemilih Ganjar,” ucapnya.

Kemudian, Adjie menyebut basis pemilih Ganjar di Jawa Tengah direbut oleh Gibran. Dia membandingkan elektabilitas Prabowo-Gibran dan Ganjar-Mahfud di Jawa Tengah sebelum penetapan Gibran.

“Basis Ganjar di Jawa Tengah ini semakin direbut oleh Gibran, Prabowo-Gibran pada Oktober 2023 ini angkanya 10,7% di pemilih Jawa Tengah, kemudian mengalami kenaikan di angka 24,6%. Sementara Ganjar-Mahfud di Oktober 2023 di angka 70,1%, justru mengalami penurunan di angka 61,8%,” ujar dia.

Jadi ada penurunan dukungan Ganjar-Mahfud di Jateng. Selisihnya semakin mengecil, di Oktober selisih cukup jauh di 59,4%, namun di November 2023 selisih mengalami penurunan hanya 37,2%,” lanjutnya.

Kemudian, Adjie membeberkan alasan lainnya yakni kinerja Ganjar Pranowo selama 10 tahun di Jawa Tengah. Menurutnya, isu Jawa Tengah provinsi termiskin kedua di Indonesia berdampak pada Ganjar.

“Ini kemudian munculkan keraguan publik gimana Ganjar-Mahfud bisa selesaikan masalah paling prioritas yang dianggap oleh publik yaitu isu ekonomi. Ini jadi kritik banyak pihak, kritik publik saat ini, dan ini juga mungkin jadi kampanye oleh pihak lawan. Sehingga kampanye terkait soal isu ekonomi dan kapasitas Ganjar dalam selesaikan masalah kemiskinan kemudian juga ikut kontribusi membuat elektabilitas Ganjar alami penurunan,” tuturnya.

Lebih lanjut, Adjie membeberkan narasi Ganjar petugas partai masih tetap menggerus suara Ganjar. Dia menilai narasi yang disematkan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri kepada Ganjar ini justru kontraproduktif.

“Kata petugas partai ini jadi kritik, jadi kampanye lawan untuk serang Pak Ganjar, karena petugas partai jsutru memberikan efek negatif kepada Pak Ganjar. Publik meragukan leadership Pak Ganjar dipertanyakan karena Pak Ganjar dianggap tak mampu ambil keputusan sendiri, karena harus terus konsultasi oleh Ibu Mega sebagai ketum atau pemilik partai,” ungkapnya. (Dtc)

Komentar