Sumbar Punya Kelok 9, Harusnya Sumut Punya Kelok 11 di Jalan Medan Berastagi

Karo3886 x Dibaca

Berastagi, Karosatuklik.com – Paska peristiwa longsor di Jalan Letjen Jamin Ginting Medan – Kabupaten Karo tepatnya di Km 37.5 Tirtanadi-Sembahe Jalan Letjen Jamin Ginting Desa Sibolangit, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara pada hari Selasa, 26 November 2024, yang mengakibatkan 9 orang meninggal dunia dan puluhan orang luka.

Dari dapur Studio Redaksi Karosatuklik.com Jalan Pahlawan Kabanjahe, Kabupaten Karo, kami merekam beragam komentar bernada prihatin dan ‘was-was’ di ruang-ruang publik media sosial meminta Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Kementerian PUPR, membersihkan ‘batu gantung’ di lokasi longsor yang dikhuatirkan suatu waktu jatuh dan kembali menelan korban.

Peristiwa yang memiriskan hati menelan korban jiwa di Km 37.5 Tirtanadi-Sembahe Jalan Letjen Jamin Ginting Desa Sibolangi bukan kali ini saja, sudah beberapa kali terjadi. Terakhir, pada Sabtu malam (20/11/2021), tanah longsor meringsekkan sebuah mobil pribadi dan menyebabkan tiga orang meninggal dunia. Korban meninggal dunia akibat longsor yang terjadi di kawasan PDAM Tirtanadi

Selain itu, rasa trauma yang menyerang masyarakat yang melintas hal yang wajar terjadi. Sebab, kemacetan panjang tersebut sering terjadi tiba-tiba dan tidak pernah diperkirakan sebelumnya. Akibat adanya trauma dan kekhawatiran bakal menghadapi macet, tidak jarang banyak orang kemudian mengurungkan niat untuk menempuh perjalanan ke Kabanjahe dan Sidikalang atau sebaliknya ke Kota Medan jika tidak benar-benar sangat urgen dan menjadi sebuah keharusan.

Mencermati perkembangan jalan Medan-Berastagi yang semakin lama semakin tinggi tingkat kemacetannya, baik akibat tanah longsor, mobil berbadan besar rusak ditengah jalan, kayu yang tumbang ke badan jalan, solusi konkret berupa wacana jalan layang atau fly over di kawasan PDAM Tirtanadi Sembahe maupun Jalan Tol dipandang sangat realistis.

“Kalau perkara sulit, mengingat jalan ke Berastagi diapit pegunungan, toh Kelok 9 di Sumatera Barat juga punya kontur hampir serupa, tapi berhasil dibangun sehingga perjalanan dari Bukittinggi ke Pekanbaru di Riau atau sebaliknya menjadi lebih lancar,” kata Pimpinan Redaksi Karosatuklik.com, Robert Tarigan, SH, Rabu (3/12/2024).

Lanjut dia, di jalur Medan Berastagi khususnya di antara Sembahe – Bandar Baru hingga Doulu bisa juga dibuat Kelok 11 seperti di Sumatera Barat mengingat jalan ke Berastagi diapit pegunungan dan punggung Bukit Barisan.

“Sudah banyak desakan hingga gerakan untuk menggolkan jalan ini untuk dibangun Tol Medan – Berastagi. Lima tahun terakhir sejumlah elit politik, tokoh pejabat publik hingga anggota DPR RI mendesak Pemerintah Pusat melalui Kementerian PUPR dan Bappens agar membangun Tol Medan – Berastagi – Merek untuk mendukung Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Danau Toba,” ungkapnya.

Namun sungguh sangat disayangkan, sambung Robert Tarigan yang juga advokat ini, Tol atau Fly Over di jalan yang juga menjadi lintasan 11 Kabupaten Sumut/Aceh itu tidak mendapat respon dari Kementerian PUPR. “Parahnya lagi, pembangunan Jalur sejajar jalan alternatif Medan – Tuntungan – Kutalimbaru – Tandukbenua – Sembaikan – Berastagi ‘terhenti’ akibat skandal korupsi di Dinas BMBK Sumatera Utara,” kecamnya.

Banyak wisatawan ke Tanah Karo kerap mengeluhkan perangkap macet tersebut. Maklum jalan pegunungan, badan jalan sempit, tikungan ekstrem, apalagi sering terjadi longsor pula di musim penghujan.

“Kondisi jalan yang berliku disertai tanjakan dan turunan tajam pun tak jarang membuat kendaraan, terutama truk dan bus, terguling di sini sebagaimana sering terjadi di kala macet. Makanya, kemacetan panjang sering kali memerangkap pengendara di rute ini,” sebut dia.

Coba bayangkan, lanjut dia lagi, berapa puluh miliar kerugian yang dialami sejumlah Kabupaten/Kota dari 11 daerah di Sumut dan Aceh, khususnya sayur mayur dan buah dari Kabupaten Karo ke pasar Induk Medan setiap terjadi kemacetan parah. Belum lagi sektor pariwisata dan lainnya.

Dampak kemacetan yang kerap terjadi sudah sangat merugikan dunia pariwisata, perhotelan, pertanian, dunia usaha dan sektor-sektor lainnya disamping sudah mulai mengganggu aktivitas sosial budaya, seperti upacara adat kematian dan perkawinan.

Bahkan mobil ambulan (emergency) yang kerap melintas dari 11 kabupaten di Sumut dan Aceh menuju Rumah Sakit ternama di Medan sering terjebak di tengah antrian kemacetan panjang. Belum lagi ticket pesawat ke bandara KNIA yang hangus, akibat terjebak kemacetan parah. Belum lagi warga yang menginap di tengah jalan sudah cukup banyak yang merasakannya. Setiap kemacetan selama 6 jam saja sehari, kerugian mencapai Rp 3 milyar hingga Rp 4 milyar berdasarkan catatan Ikatan Cendikiawan Karo Sumatera Utara.

Batu Gantung Tirtanadi

“Setiap musim hujan, lalu lintas yang padat baik siang maupun malam hari di Jalan Medan Berastagi inipun akan mengancam jiwa manusia, hal itu bisa dirasakan sekitar kawasan Lau Kaban PDAM Tirtanadi. Tebing yang curam dan bongkahan batu-batu besar di dinding tebing sangat mengkhuatirkan pengguna jalan apalagi melihat batu besar yang menggantung,” tutur Robert Tarigan.

“Karena disini (Tikungan Tirtanadi-red) sangat rawan sekali, jalan sempit dengan dinding tebing langsung mengarah ke badan jalan. Pemerintah Sumut dan Pusat agar peka dan segera bertindak cepat, sebelum jatuh korban berikutnya. Karena longsor susulan sangat mungkin terjadi. Terlebih kepadatan volume kendaraan di Jalan Letjen Djamin Ginting Medan – Berastagi sangat tinggi baik siang maupun malam hari,” ucapnya.

Menjawab Kepadan Volume Jalan Beberapa Tahun Kedepan

“Tol Medan Berastagi selain memperkuat daya saing kawasan sekaligus menjawab tantangan kepadatan volume kendaraan beberapa tahun mendatang di Jalan Letjen Djamin Ginting Medan – Berastagi. Ini tidak akan terelakkan, pertambahan berbagai jenis moda transportasi begitu pesat, sementara luas badan jalan sangat terbatas,” terangnya.

Mitigasi bencana di daerah rawan bencana yang selama ini terkesan lemah, khusunya di titik-titik rawan longsor sepanjang Jalan Letjen Jamin Ginting Medan – Kabupaten Karo ditambah kondisi jalan yang berliku disertai tanjakan dan turunan tajam. Kiranya menjadi pemikiran semua pihak mengantisipasi dini potensi bencana alam kedepan.

Menurut BMKG, cuaca ekstrim akan berlangsung hingga bulan Januari tahun depan. Sehingga lokasi bekas longsoran itu sangat rawan sekali, apalagi jelang libur Natal dan Tahun Baru 2025 Jalan Medan – Berastagi akan semakin padat. Terlebih lagi, sekarang ini masyarakat dihinggapi rasa trauma setiap melintasi lokasi longsor.

“Hal itu mengingat di lokasi longsor diatas dinding tebing terlihat batu-batu besar maupun pohon-pohon kayu yang telah rapuh sewaktu waktu bisa ambruk dan jatuh menimpa mobil yang sedang melintas,” katanya.

Lanjut dia, Jalan Medan – Berastagi yang menjadi interkoneksi 11 kabupaten/kota Sumut/Aceh, sudah melahirkan dampak secara psikologis, berupa munculnya perasaan trauma dan was-was bagi masyarakat saat hendak bepergian ke Berastagi, Sidikalang dan Subussalam, maupun sebaliknya ke kota Medan yang wajib melewati jalur-jalur yang sering dilanda kemacetan panjang tersebut.

Pemerintah dan DPRD Provinsi Sumatera Utara diminta segera mencari jalan keluar untuk mengantisipasi longsor susulan.

Gubernur Sumatera Utara, Bupati Deli Serdang maupun pihak Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) II Medan melalui Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Sumut termasuk BPBD dan Dinas Bina Marga dan Konstruksi Pemprovsu agar bersinergi dan berkolaborasi mengatasi titik-titik rawan longsor termasuk mengalokasikan anggaran untuk memperlebar jalan dua arah atau wacana fly over. Yang penting solusinya konkret mengatasi hal tersebut.

“Karena disini (Tikungan Tirtanadi) sangat rawan sekali, jalan sempit dengan dinding tebing langsung mengarah ke badan jalan,” ucap dia.

Kelok 11

Pembersihan bekas longsor yang masih menggantung batu-batu besar yang sangat dikhuatirkan sewaktu-waktu bisa jatuh dan menimpa mobil yang sedang melintas seperti terjadi pada tahun 2021 yang menewaskan tiga orang. Artinya, pembersihan material longsor di atas dinding tebing harusnya tuntas, untuk itu kembali kita ingatkan supaya dibersihkan mencegah kembali terjadinya korban masyarakat.

Kemacetan parah akibat berbagai faktor, mulai dari mobil berbadan besar rusak ditengah jalan, longsor, pohon kayu tumbang hingga para supir yang saling serobot membutuhkan penanganan serius dan tuntas termasuk merealisasikan wacana Tol Medan-Berastagi oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Pusat.

Kalau Sumbar punya Kelok 9, sudah seharusnya Sumut juga punya jalan tol atau kelok 11 yang melingkar di punggung pegunungan Bukit Barisan menuju Berastagi. Karena, infrastruktur jalan memiliki multidimensi yang sangat luas.

Pepatah Cina mengatakan, membangun jalan berarti membangun negara. Karena jalan adalah pemicu dari evolusi berbagai sektor kehidupan, ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya. Bisa dibayangkan, betapa luas spektrum infrastruktur jalan terhadap kesejahteraan sosial sebuah bangsa. | Robert Tarigan, SH – Pimpinan Redaksi |

Baca Juga:

  1. Ketua DPRD Pakpak Bharat Dukung Pembangunan Jalan Tol Medan – Berastagi
  2. Update Longsor Jalan Medan – Berastagi: Tiga Orang Meninggal, Pembangunan Tol Semakin Urgen!
  3. Catatan Redaksi, Trauma Longsor di Jalan Medan – Berastagi
  4. Update Korban Longsor di Sibolangit jadi 9 Orang Meninggal Dunia
  5. Korban Lagi, Jalan Nasional Medan – Berastagi “Emergency”

Komentar