Gempa Megathrust Lebih Dahsyat dari Tsunami Aceh 2004, Berikut Penjelasan BRIN

Nasional2342 x Dibaca

Jakarta, Karosatuklik.com – Meski belum tahu kapan terjadinya Gempa Megathrust di Indonesia, warga Indonesia perlu waspada adanya gempa ini yang kapan saja bisa terjadi.

Berita mengenai Gempa Megathrust diklarifikasi langsung oleh Kepala Pusat Gempa dan Tsunami BMKG Daryono.

Ia mengatakan Indonesia perlu waspada terhadap Gempa Megathrust, karena gempa tersebut telah melanda Jepang dengan skala 7,1 Magnitudo.

Gempa Megathrust yang melanda jepang dengan skala besar membuat kewaspadaan pada gempa di Indonesia meningkat. Daryono juga mengatakan bahwa gempa besar di Jepang bisa saja dapat menjalar sampai wilayah Indonesia.

Perbedaan seismik antara Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai, Siberut bisa menyebabkan Gempa Megathrust karena wilayah tersebut belum pernah mengalami gempa lebih dari 30 tahun.

Megathrust Selat Sunda diperkirakan memiliki potensi gempa dengan magnitudo 8,7, sementara Megathrust Mentawai, Siberut dapat mencapai magnitudo 8,9.

Jika kedua segmen ini aktif secara bersamaan, dampaknya bisa sangat besar. Hal itulah yang dapat berpotensi tsunami yang serupa dengan bencana yang melanda Aceh pada tahun 2004.

Perekayasa di Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Widjo Kongko, juga mengingatkan bahwa gempa besar di dua segmen megathrust tersebut bisa mencapai magnitudo 9 atau lebih, mengingat panjangnya waktu ketidakaktifan seismik di wilayah tersebut.

Namun, Daryono menghimbau untuk tidak panik dan khawatir. Pasalnya, apa yang terjadi di Jepang dapat dipantau dan dianalisis dengan cepat.

BMKG bisa menggambarkan tsunami yang bakal terjadi dan dampaknya menggunakan sistem InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System).

Hal tersebut harapannya dapat mengurangi kekhawatiran khalayak umum, sehingga membantu BMKG untuk siaga dalam memberikan informasi secara cepat terkait peringatan dini gempa bumi dan tsunami di seluruh wilayah Indonesia. (JawaPos)

Komentar