Jakarta, Karosatuklik.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan keluhan investor asing yang datang ke Indonesia. Menurutnya, sejumlah investor mengeluhkan rumitnya urusan regulasi dan administrasi bisnis di Indonesia.
Kondisi tersebut menjadi pekerjaan rumah (PR) besar bagi Indonesia untuk menarik investasi masuk dalam negeri. Pasalnya, guna mendatangkan investasi tidak cukup hanya dengan promosi ke berbagai negara.
Pak Menko Marinves (Luhut Binsar Panjaitan) terus kemana-mana mempromosikan Indonesia, namun kalau di Indonesia tidak dibenahi ya (sama saja).
“Investor senang ‘whoa the story of Indonesia looks so good, it’s sounds excellence, I want to come’, tapi begitu datang ke Indonesia ‘it’s so mumet’ atau pusing. Tidak kelihatan bagus dan tidak terdengar bagus waktu mereka datang karena begitu rumitnya,” katanya konferensi pers peluncuran Batam Logistic Ecosystem (BLE), Kamis (18/3).
Salah satu yang menjadi PR bagi Indonesia adalah biaya logistik. Ia mengungkapkan ongkos logistik di Indonesia mencapai 23,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka itu jauh lebih tinggi dari Malaysia dan Singapura hanya sebesar 13 persen dari PDB mereka.
Tingginya biaya logistik di Indonesia menyebabkan Indonesia kalah saing dengan negara lain dalam mendatangkan investasi.
“Performance logistic index kita stagnan dalam EoDB (Ease of Doing Business) ini berarti kita perlu untuk melakukan berbagai langkah dalam rangka memperbaiki apa yang kita sebut sebagai daya kompetisi di bidang logistik,” tuturnya.
Upaya memperbaiki logistik itu dilakukan melalui peluncuran National Logistic Ecosystem (NLE) yang dimulai dari Batam Logistic Ecosystem (BLE). Targetnya, pemerintah bisa menggabungkan delapan pelabuhan dalam sistem NLE tahun ini.
Meliputi Pelabuhan Batam, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Pelabuhan Patimban, Subang dan Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang. Selanjutnya, Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Pelabuhan di Medan, dan Pelabuhan di Makassar. (cnnindonesia.com)