Makna Kamis Putih, Mengenang Teladan Yesus dalam Pelayanan

Nasional3223 x Dibaca

Jakarta, Karosatuklik.com – Hingar bingar penyambutan di Yerusalem dengan daun palma pun dilanjutkan dengan perjamuan atau santap bersama.

Umat Katolik akan merayakan perayaan Ekaristi Kamis Putih pada Kamis (1/4/2021). Kamis Putih adalah perayaan awal Tri Hari Suci. Kamis Putih dirayakan untuk mengenang momen kebersamaan Yesus dan para murid.

Di sini Yesus memecah roti juga membagikan anggur sebagai lambang tubuh dan darah-Nya.

Akan tetapi, tak hanya menyoal perjamuan terakhir, umat Katolik juga diingatkan untuk senantiasa melayani sesama. Teladan ini ditunjukkan Yesus dengan membasuh kaki para murid.

Ditulis dalam Injil Yohanes, Yesus menuangkan air ke dalam basi, membasuh kaki murid-murid-Nya kemudian menyekanya dengan kain yang terikat di pinggang.

Momen ini sangat dramatis mengingat sebagai guru, Yesus layak mendapat perlakuan ini. Namun Yesus memilih sebaliknya.

Jika kita berada di posisi para murid, mungkin reaksi kita akan seperti Simon Petrus.

Ia kaget sekaligus canggung karena seseorang yang dia panggil ‘Guru’ membasuh kakinya. Pembasuhan kaki tetap dilakukan kemudian Ia mengajarkan perihal pelayanan pada mereka

“Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.” (Yoh. 13: 12-15)

Fransiskus Emanuel da Santo, Sekretaris Komisi Kateketik KWI, menyebut Yesus mengajak kita untuk melakukan hal serupa yakni melayani. Selama ini kita kerap menemukan pengalaman yang sebaliknya.

Pemimpin maunya hanya dilayani, orang yang memiliki jabatan tinggi enggan melayani. Sedangkan Yesus menanggalkan kuasa dan kehormatan lalu dengan rendah hati turun membasuh kaki.

“Ia rela menjadi hamba yang rendah melayani tapi bukan untuk mencari nama dan sensasi, atau supaya dikagumi, atau mau pamer dan berlaku sandiwara. Pelayanan-Nya untuk pembersihan. Pelayanan-Nya untuk pembebasan dari segala bentuk keangkuhan atas kuasa, nama dan kehormatan,” tulisnya di laman Komkat KWI.

“Ia rela dan berani menjadi hamba yang hina dan rendah, agar kita pun yang terpuruk dalam tindakan atau perbuatan hina dan rendah dibersihkan dan diangkat oleh-Nya agar diselamatkan.” (R1/cnnindonesia com)