Jakarta, Karosatuklik.com – Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengapresiasi atas terpilihnya film Indonesia berjudul “Before, Now & Then” masuk dalam program kompetisi utama Festival Film Internasional Berlin.
“Pemerintah siap mendukung apa pun itu. Sudah masuk (ke festival) saja sudah membawa nama dan ini kesempatan Indonesia hadir di internasional. Ini kayaknya bulan madunya Indonesia untuk di festival internasional,” kata Direktur Perfilman, Musik, dan Media Baru Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra, saat menghadiri “Special Media Announcement” di Goodrich Suites Artotel Portfolio, di Jakarta, Jumat (21/1/2022).
Ia mengatakan bahwa pemerintah terus berkomitmen untuk mendukung posisi perfilman Indonesia, terutama di dalam kompetisi-kompetisi internasional.
“Before, Now & Then” atau “Nana” merupakan film panjang keempat karya sutradara Kamila Andini. Belum lama ini film panjang ketiganya, “Yuni” (2021), berkompetisi di Festival Film Internasional Toronto bersama “Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas” karya sutradara Edwin.
Selain di Toronto, “Yuni” juga tampil di Festival Film Internasional Busan bersama tiga film Indonesia lainnya, yakni “Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas”, “Penyalin Cahaya” karya Wregas Bhanuteja, dan film pendek “Laut Memanggilku” karya Tumpal Tampubolon.
“Kita doakan kalau sampai tahun ini menang, kita naik kelas lagi, nih. Karena ini di kompetisi utama yang sebelumnya kita mimpi-mimpikan sekali. Kalau sampai menang, ini rekor untuk Indonesia,” ujar Mahendra.
Festival Film Berlin merupakan salah satu dari tiga festival film terbesar di Eropa, setara dengan Fesival Cannes dan Venesia. Dalam festival tersebut, “Before, Now & Then” akan memperebutkan penghargaan “Golden Bear” dan “Silver Bear”. Festival yang juga dikenal dengan sebutan Berlinale itu akan dihelat secara tatap muka pada 10 hingga 20 Februari di Berlin, Jerman.
Pemerintah mengucapkan terima kasih kepada Ifa dan Kamila, juga teman-teman semua ini. Ya, kita sih yakin ya (apalagi) pemainnya ada Happy Salma, Laura Basuki, Ibnu Jamil, dan teman-teman,” tutur Mahendra.
“Before, Now & Then” diadaptasi dari salah satu bab dalam novel “Jais Darga Namaku” karya Ahda Imran. Sesuai dengan latar tempatnya, film ini menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa utama dalam dialog.
Film ini memotret kisah hidup seorang perempuan yang hidup di era 1960-an bernama Raden Nana Sunani (diperankan oleh Happy Salma). Dalam film tersebut, Nana diceritakan melarikan diri dari gerombolan yang ingin menjadikannya istri dan membuatnya kehilangan ayah dan anak.
Kemudian ia menjalani hidup baru bersama seorang menak Sunda hingga bersahabat dengan salah satu perempuan simpanan suaminya. (R1/Ant)