Derrick Michael: Ingin Jadi Pemain Indonesia Pertama di NBA

Sport1861 x Dibaca

Jakarta, Karosatuklik.com – Pebasket muda Indonesia, Derrick Michael Xzavierro saat ini sedang menjalani program pelatih basket NBA Global Academy 2021 di Basketball Australia Center of Excellence di Institut Olahraga Australia (AIS), Canberra.

Pemain berdarah Kamerun-Indonesia ini merupakan kandidat pertama dari Indonesia yang mengikuti program NBA Academy.

Karenanya Derrick tak ingin menyia-nyiakan kesempatan berharga. Ia pun ingin menjadi orang Indonesia pertama yang main di NBA (Amerika).
“Aku selalu menulis di diari apa yang disampaikan pelatih,” ucap Derrick mengenai caranya meningkatkan diri, dalam wawancara virtual dengan CNN Indonesia.

Bagaimanakah kisah pemain berusia 18 tahun ini selama di Canberra? Bagaimana pula kisah perjalanan pemain setinggi 203 centimeter mengejar kariernya? Berikut petikan wawancaranya:

Bagaimana ceritanya hingga masuk NBA Academy 2021?

Awalnya saat aku tampil ddi FIBA Asia Cup pada 2020. Sebelum itu aku juga sudah mengikuti program Junior NBA pada 2017.

Sejauh ini bagaimana adaptasi di Canberra?

Lumayan enak kehidupan di sini. Karena jauh dari indonesia aku harus mulai beradaptasi. Perbedaannya di sini latihan di udara dingin. Ini jauh lebih berat. Sejauh ini aku sudah bisa beradaptasi dengan situasi di sini.

Sebelum masuk Ragunan, bagaimana kisah basket Derrick dari kecil?

Sebelum masuk Ragunan sungguh banyak tantangannya. Bener-benar banyak tantangan yang tidak mudah. Banyak kegagalan yang aku alami dari sebelum masuk Ragunan.

Bahkan sebelumnya aku sempat tidak bisa diterima di Ragunan. Aku pernah sampai pada titik ingin berhenti saja. Saat masih kecil aku itu hampir tak pernah masuk seleksi-seleksi manapun. Tidak bisa ikut kompetisi. Tinggi badan tak menjamin bisa lolos seleksi.

Apa motivasinya sehingga tetap bertahan?

Mama yang menyemangati aku. Mama bilang, ‘Mau apa sekarang?’ Mama yang selalu dukung aku untuk meneruskan karier basket.

Mama bilang, ‘Mau cari apa lagi?’ Basket ini kan sebenarnya zona nyaman aku. Jadi ya terus berjuang tanpa henti. Mama menguatkan aku.

Target dalam satu-dua tahun ke depan seperti apa?

Aku mau membuat Indonesia bangga. Target aku ke depan mau bawa Indonesia berprestasi di tingkat internasional. Kalau di timnas [basket Indonesia] ini kan hitungannya aku belum memberi apapun ke timnas.

Aku mau kasih sesuatu ke timnas. Aku juga mau jadi orang Indonesia pertama yang tampil di NBA.

Kisah kamu berjuang masuk NBA ini kan viral. Apakah jadi beban?

Terbebani sih, enggak. Terkadang, bukan menjadi beban tapi malah menjadi motivasi. Aku lihat orang-orang tanya, Derrick main di NBA, main di klub mana? Orang-orang ini berani mendukung walau sebenarnya tidak begitu tahu. Orang-orang bukan menghujat malah mendukung. Ini yang membuat aku termotivasi.

Apakah karena tinggi badan jadi hobi basket atau karena basket jadi badannya tinggi?
Tinggi gara-gara basket, enggak. Aku memang hobi basket. Dari kecil sebenarnya aku kayak anak-anak pada umumnya yang suka sepak bola.

Aku juga suka hoki dan basket. Yang aku beli peralatannya ya sepak bola, hoki, dan basket. Akhirnya aku memilih basket sebagai jalan hidup.

Tinggi kamu sudah 180 cm ketika kelas 6 SD, ada kisah lucu dan menarik soal ini?

Aku tidak tahu apakah ini menarik atau malah serem. Menurut aku ini kisah yang menarik. Aku kan kalau sekolah naik angkutan umum.

Dulu kan belum ada ojek online kayak sekarang. Aku itu berangkat pulang sekolah naik mini bus. Nah, pas di mini bus itu aku sempat dipalak. Aku dimintai uang.

Yang memalak ini merhatiin aku, badan tinggi tapi pakai pakaian SD. Aku pake tas anak SD di bagian depan dan celana merah yang pendek itu.

‘Bagi duit lu!’ Aku berdiri. Dia kaget ngeliatin karena aku tinggi, tapi mukanya masih bocah. Culun lah pokoknya. Tapi, ya tetap aku kasih juga, karena aku takut juga saat itu.

Dengan tinggi 203 cm, siap bersaing sebagai center di NBA atau sudah punya ancang-ancang ubah posisi ke Forward?

Sekarang, selama di NBA Academy ini aku sudah tidak main di center. Ada pemain-pemain yang tinggi lebih dari aku. aku sekarang main di posisi 4 (power forward) atau 3 (small forward).

Apa yang disampaikan pelatih?

Kita tidak pernah ngomongin soal ini. Aku punya buku diari. Di buku ini apa yang harus aku asah, aku tulis dari apa yang mereka sampaikan. Kalau soal permainan, pelatih yang lebih tahu.

Siapa pebasket yang jadi role model kamu? Mengapa?

Role model aku sekarang Giannis Antetokounmpo. Aku sempat baca profil dia. Bukan baca bukunya. Aku baca di Google yang tulisan mirip buku gitu.

Kisah Giannis ini mungkin hampir sama dengan aku, dari perjuangannya dari buruk hingga menjadi besar seperti sekarang. aku pikir cerita perjalanan Giannis hampir sama dengan apa yang aku alami.

Kalau lengang, apa kegiatan kamu?

Kalau ada waktu luang, aku manfaatkan untuk istirahat. Kalau weekend aku lebih banyak ngobrol sama teman-teman. Kalau mereka jalan-jalan, aku ikut.

Aku coba membaur dengan teman-teman di sini. Aku juga teleponan sama mama, dengerin mama cerita.

Bagaimana persaingan di NBA Academy?

Di NBA Academy sekurangnya ada 10 pemain. Ya, satu tim. Tapi ada juga pemain lainnya. Ya, sekitar 20 pemainlah. Kalau persaingan pasti ada, tapi semuanya di sini saling merangkul. Mencoba saling mendukung untuk menjadi lebih baik.

Suka baca buku? Buku apa?

Aku tidak sering membaca buku. Kalau tidak ada kegiatan paling mendengarkan musik. Selera musiknya di sini hampir sama dengan musik di Indonesia. Hampir tak ada perbedaan.

Musik apa yang biasa kamu dengar?

Ya hip hop, ya country. Musiknya di sini bener-benar hampir sama dengan Indonesia. Hampir tak ada perbedaan.

Apa pesan ibu dan ayah yang jadi pegangan hidup Anda?

Mama pesan, pokoknya aku harus takut akan Tuhan, karena Tuhan yang ngasih jalan. Tuhan tak boleh dilupakan. ‘Kamu harus fokus’, kata mama.

Mama juga ingatkan aku jangan pantang menyerah. Kalau papa, ya pesan agar semangat terus, jangan pantang menyerah. Perjuangkan cita-cita yang ingin dicapai dengan sungguh-sungguh. (Cnnindonesia.com)