Dalam partai puncak yang berlangsung di Impact Arena Bangkok, dua tunggal putra yaitu Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie, serta ganda putra Mohammad Ahsan/Kevin Sanjaya Sukamuljo tak berkutik menghadapi pemain-pemain tim kuda hitam India.
Pelatih tunggal putra, Irwansyah, menuturkan, kedua pemain yang ia latih sudah menunjukkan performa terbaik dan berupaya mengimplementasikan strategi yang telah direncanakan sebelumnya.
Mulai dari teknik, semangat bertanding, hingga mental sudah sesuai harapan, kata pria yang menjadi pelatih sektor tunggal putra timnas itu. Namun, ia mengemukakan dalih bahwa memang ada tekanan yang dirasakan pemainnya.
Menurut Irwansyah, keinginan besar untuk mempertahankan podium juara setelah 18 tahun nirgelar, membuat seluruh pemain utama yang mengisi line-up di babak final merasakan tekanan itu.
Jika sudah dihinggapi rasa tertekan, pemain bisa menjadi goyah dengan mudah. Ditambah lawan timnas memang sedang dalam kondisi terbaik dan bisa menyingkirkan tim-tim “kawakan” seperti Malaysia di perempat final hingga Denmark di semifinal.
“Sebenarnya semua pemain bagus, tapi memang kami juga tidak menyangka bisa bertemu India. Kami melihat mereka sejak penyisihan memang mainnya sudah semangat terus. Teman-teman kita pun sudah berusaha, tapi memang belum rezekinya,” kata Irwansyah kepada Antara saat ditemui di Bangkok, Thailand.
Tak dipungkiri bahwa kemenangan India di Piala Thomas menandai munculnya ancaman baru dari kancah persaingan bulu tangkis. Meski begitu, Irwansyah melihat lawan lebih unggul dari sisi semangat juang dan mereka pun bermain lebih lepas.
Sementara itu dari segi teknik hingga permainan, pemain Indonesia lebih berpengalaman jika disodorkan lewat data statistik. Bahkan formasi India di babak final mayoritas berisi pemain-pemain lama yang sudah kerap beradu kebolehan dengan wakil Indonesia di berbagai turnamen perseorangan.
“Ke depannya sudah bagus, tinggal mencoba lagi saja dari latihan dan disiplin. Jadi kalau menurut saya tinggal menunggu hasil saja,” katanya.
Jawaban berbeda diungkapkan oleh Jonatan, yang semula didambakan bisa memperpanjang nafas timnas untuk mengejar ketertinggalan 0-2 di partai ketiga, tapi aksinya berakhir menjadi kekalahan ketiga bagi Skuad Merah Putih.
Jonatan menuturkan bahwa timnas memang kurang porsi latihan jelang Piala Thomas, berbeda saat Indonesia menyabet gelar untuk pertama kalinya sejak 18 tahun dengan mengalahkan China di babak final yang berlangsung di Denmark.
“Ini sudah yang terbaik kami lakukan, luar biasa. Tapi memang dibanding tahun lalu, persiapan tahun ini agak kurang. Tahun lalu kami punya persiapan yang cukup banyak dan sangat matang. Tapi dengan persiapan yang minim ini, walaupun tidak cukup puas, tapi kami terima dengan lapang dada hasil ini,” ungkap Jonatan.
Kemenangan India di satu sisi menjadi hal positif bagi cabang olahraga bulu tangkis karena muncul pemenang baru dari ajang Piala Thomas. Hal ini menjadi indikator bahwa kepiawaian atlet dari cabang tepok bulu tak lagi didominasi segelintir negara termasuk Indonesia, kata Jonatan.
Rombak ganda putra
Dari lini ganda, pelatih Herry Iman Pierngadi juga melihat permainan Ahsan/Kevin di partai kedua sudah maksimal. Sayangnya Ahsan justru berlaku eror di penghujung gim kedua sehingga memaksa dimainkan gim ketiga.
Selain faktor rezeki, usia pemain juga mempengaruhi kinerja pemainnya di lapangan. Oleh karenanya, pada perhelatan 2024, ia merancang agar susunan ganda putra diubah dengan kekuatan utamanya diisi pasangan muda mencapai sekitar 60-70 persen.
Secara eksplisit, pelatih berjuluk Naga Api itu menyebutkan pasangan seperti Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri, Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Rambitan, dan Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin akan didapuk menjadi tumpuan utama.
Mereka nantinya akan didampingi pasangan senior, bisa Minions (Kevin/Marcus) atau Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto. Sementara Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan tak lagi dilibatkan.
Faktor usia tak bisa dielakan, kata Herry. Bahkan Hendra dan Ahsan pun sudah mengumumkan lewat akun Instagramnya bahwa Piala Thomas 2022 menjadi ajang terakhir yang mereka ikuti.
Sampai dua tahun nanti mereka sudah matang dan tidak lagi cari-cari pengalaman. Kalau mau cari pengalaman, ya tahun ini dan tahun depan,” Herry menyebutkan.
Usia dan pengalaman menjadi aspek yang sangat diperhatikan oleh Herry. Ia juga menyinggung soal absennya Hendra hingga tidak diturunkannya Bagas untuk mendampingi Kevin seperti di babak penyisihan.
Untuk Hendra, lagi-lagi faktor usia menjadi pertimbangan Hendra tetap tinggal di bangku cadangan. Meski sudah battle proven dan sarat pengalaman, namun tenaganya sulit diandalkan untuk menghadapi lawan yang sedang dalam puncak performa.
Herry sudah mencoba memasangkan Hendra dan Kevin, tapi harus diakui bahwa performanya sudah sedikit melambat. Untuk bermain di turnamen tim, Herry membutuhkan pemain punya tenaga dan kecepatan tinggi. Selain itu, Kevin dan Hendra sama-sama tipe pemain depan sehingga sulit untuk mengombinasikan gaya main keduanya.
Sementara Bagas, yang baru menikmati gelar All England 2022 bersama Fikri, belum cukup matang untuk bermain dengan Kevin. Ia melihat, pasangan Kevin/Bagas saat meladeni Thailand di penyisihan belum menyatu dengan sempurna.
Dari kacamata pelatih, Bagas masih kerap panik dan butuh waktu agar bisa klop dengan pasangan baru di ajang papan atas. Meski secara teknik tak bisa dipandang sebelah mata, namun memasangkan Bagas dengan Kevin di babak final dirasa bukan keputusan terbaik.
“Pertandingan sangat ketat, mereka masih muda, masih baru. Ciri-ciri pemain muda itu prestasi dan kualitasnya masih turun-naik, belum bisa konsisten. Tapi ekspektasi BL-BL (pecinta badminton) sangat berlebihan, kalau sudah juara pasti dianggap hebat sekali dan tidak boleh kalah,” tegasnya.
Ahsan di satu sisi dianggap lebih cocok dipasangkan dengan Kevin. Pertama, Ahsan merupakan pemain belakang sehingga tidak akan terjadi tumpang tindih peran di lapangan. Kedua, pebulu tangkis kelahiran Palembang ini juga sudah kenyang asam garam sehingga lebih matang daripada Bagas.
Tanpa harus menyalahkan siapapun atas kegagalan timnas bulutangkis Indonesia mempertahankan Piala Thomas, evaluasi menyeluruh sepatutnya memang dilakukan oleh Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia sebagai pemangku perbulutangkisan Indonesia.
Keberhasilan India mengejutkan dunia bulu tangkis harus disikapi secara sportif bahwa mereka memang lebih siap menjadi juara dan ini bisa menjadi bahan analisis untuk memetik pelajaran guna menyiapkan tim bulu tangkis Indonesia yang lebih tangguh, baik dari sisi teknik, mental, maupun kekompakan.
Evaluasi sebaiknya segera dilakukan agar segera bisa menentukan langkah dan perencanaan dini menghadapi perburuan Piala Thomas di edisi berikutnya.
Lewat perencanaan dini, besar harapan timnas bulu tangkis Indonesia bisa kembali membawa pulang Piala Thomas dan sekaligus mengobati kekecewaan khalayak di Tanah Air dari kekalahan pekan lalu.
Tanpa mengesampingkan kejuaraan-kejuaraan bulu tangkis yang lain, mengembalikan Piala Thomas ke tanah air adalah target yang harus diperjuangkan karena bagi Indonesia Piala Thomas selain menjadi lambang supremasi dunia perbulutangkisan, juga mengandung nilai historis yang sulit dilupakan.
Lewat Thomas Cup dan kejuaraan All England, nama Indonesia menjadi harum dan bulu tangkis kemudian menjadi salah satu olahraga paling populer di tanah air.
Bulu tangkis adalah cabang olahraga yang paling terdepan dalam memberi kebanggaan bagi Indonesia dan Thomas Cup adalah salah satu simbol kebanggaan tersebut.
Upaya merebut kembali Piala Thomas adalah juga langkah mengembalikan kebanggaan. Dengan proyeksi tenaga baru serta persiapan yang lebih matang, gelar juara Piala Thomas sangat mungkin bisa diraih pada edisi mendatang. (R1/Ant)