Jakarta, Karosatuklik.com – Indonesia punya kedekatan historis sejak dulu hingga sekarang. Selain sisa-sisa zaman kolonial, ternyata ada banyak pemain blasteran Indonesia-Belanda, baik yang mendunia maupun yang masih merintis karier di Negeri Kincir Angin tersebut.
Ada satu faktor kuat yang menyebabkan banyak pesepak bola berdarah Indonesia di Belanda. Yakni karena keberadaan negara Suriname.
Alkisah, pada abad ke-15, banyak negara-negara Eropa ingin menguasai Guyana, yang tidak lain adalah nama awal Suriname. Kala itu, Suriname hanyalah dataran luas minim penduduk yang terletak di antara Samudera Atlantik, Sungai Amazon, Rio Negro, hingga Orinocco.
Singkat cerita, Belanda berhasil memenangi ‘lomba’ dengan negara kolonial lainnya dalam merebut wilayah Suriname. Sebelumnya, Suriname pernah diduduki oleh Spanyol, Inggris, Prancis, hingga Portugis.
Beberapa literasi asing menyebutkan bahwa Belanda mulai mengirimkan budak-budak dari Hindia Belanda (Indonesia) pada 1890-an ke Suriname. Setelah Indonesia dan Suriname merdeka, banyak yang kembali ke Tanah Air, namun sebagian memilih menetap di Suriname.
Pada 1975, jelang kemerdekaan Suriname, banyak orang keturunan Jawa memilih bermigrasi ke Belanda (sebagian literasi menyebutnya ikut ‘majikan’) karena cemas akan situasi politis yang masih abu-abu. Mereka takut mengalami penindasan dari golongan Kreol atau Afros-Suriname.
Dari sanalah para keturunan Jawa kemudian hidup di Belanda, berkeluarga dan menikah dengan warga asli Belanda, hingga memiliki cucu bahkan cicit hingga sekarang.
‘Teori’ lain yang juga melatarbelakangi banyak pesepak bola berdarah Indonesia di Belanda adalah gejolak Tentara Hindia Belanda (KNIL) pada era 1940-an sampai 1950-an dengan Indonesia. Orang-orang dari Maluku ingin merdeka dan membentuk negara Republik Maluku Selatan (RMS) dan bersekutu dengan Belanda.
Pada Februari 1951, ribuan anggota KNIL dari Maluku beserta keluarganya lantas terbang ke Belanda demi keamanan dan karena tak ingin bergabung dengan Indonesia. Meski ada yang kemudian memilih kembali ke Tanah Air, banyak yang menetap di Belanda.
Karena dua faktor tersebut, bukan hal yang aneh jika banyak lahir pesepak bola keturunan Indonesia yang besar di
Belanda, meski masih ada faktor-faktor lainnya.
Ruud Gullit
Ayah Ruud Gullit, George Gullit, adalah kelahiran Suriname yang masih memiliki keturunan Maluku. Kecintaannya terhadap sepak bola berbuah manis. Ia dikenal sebagai salah satu pesepak bola terbaik Belanda dan AC Milan.
Ruud Gullit pernah memperkuat Feyenoord dan PSV Eindhoven, Namun, namanya bersinar sebagai pemain top kala membela AC Milan, di mana ia membantu Rossoneri meraih titel Liga Italia Serie A pada musim 1987/1988, 1991/1992, dan 1992/1993.
Selain itu, Gullit juga meraih Liga Champions dua kali bersama AC Milan, tepatnya pada 1988/1989 dan 1989/1990. Puncaknya adalah ketika ia meraih trofi Ballon d’Or 1997.
Ruud Gullit terakhir kali menginjakkan kaki di Indonesia, tepatnya Ambon, Maluku, pada 2015. Kedatangannya ke sana atas undangan Wali Kota Ambon, Richard Louhenapess
Giovanni van Bronckhorst
Satu lagi pesepak bola keturunan Indonesia yang pernah berjaya bersama Timnas Belanda adalah Giovanni van Bronckhorts.
Dalam sebuah wawancara Arsenal Tours pada 2013 silam, Gio panggilan akrab Giovanni van Bronckhorst, mengaku berdarah Indonesia.
Ibu dan neneknya merupakan orang asli Indonesia. Meski tidak bisa menyebutkan secara spesifik dari mana daerah nenek moyangnya, ia tahu soal Maluku.
“Nenek saya lahir di Indonesia, mereka baru datang ke Belanda pada tahun 1950. Ibu saya juga berasal dari sana (Indonesia). Keluarga besar saya berasal dari salah satu pulau kecil di sana,” ucapnya.
“Saya belum pernah berkunjung ke tempat asal nenek saya. Nanti saat anak saya mulai dewasa, saya akan ke sana (Maluku) agar mereka tahu di mana kampung halaman mereka,” tambahnya lagi.
Gilles Joannes
Berikutnya adalah Gilles Joannes, pemain 17 tahun yang kini memperkuat tim muda NAC Breda.
Sebagai orang keturunan Indonesia, Gilles Joannes sempat diminta oleh Yussa Nugraha untuk berbicara bahasa Indonesia. Ia pun begitu fasih berbahasa Indonesia, seperti mengucapkan perkenalan nama dan menanyakan kabar.
Keluarga, terutama kakek dan neneknya berasal dari Indonesia, membuat ia cukup menggemari masakan khas tanah air, terutama soto ia mengaku selalu ada sajian masakan khas Indonesia jika berkunjung ke kakek dan neneknya.
“Keluarga ayahku, opa dari Jakarta dan oma Sumatera. Saya rasa seperempat diriku orang Indonesia karena orang tua opa oma saya juga tidak asli Indonesia. Saya juga belum pernah ke Indonesia,” jelas Gilles Joannes.
Jordy Wehrmann
Sosok Jordy Wehrmann mulai jadi pembicaraan publik setelah kembali ke Feyenoord pada jendela transfer musim panas ini. Pada musim lalu, ia menjalani masa peminjaman bersama FC Dordrecht, klub Eerste Divisie (Liga 2) Belanda. Bersama Dordrecht, Jordy yang berposisi gelandang ini tampil sebanyak 22 partai dengan koleksi satu gol.
Meski lahir dan berkarier sepak bola di Belanda, Jordy mengaku tetap dekat dengan Indonesia.
“Ibu saya memang lahir di Belanda. Tapi, oma dan opa saya, orang Indonesia asli dan lahir di Jakarta. Saya juga menyukai masakan Indonesia. Dalam sepekan paling tidak dua kali oma memasak makanan Indonesia,” terang Jordy.
Menurut Jordy, ia sudah tiga kali berlibur ke Indonesia. Dua kali di Jakarta, tempat keluarga besar ibunya menetap dan sekali berwisata di Bali.
“Saya kagum dengan suasana Indonesia terutama warga dan budayanya. Sebenarnya pada tahun ini saya berencana ke Indonesia. Tapi karena adanya wabah corona jadi saya membatalkan rencana itu,” kata Jordy.
Jordy pun mengaku mengikuti perkembangan sepak bola disela waktu luangnya.
“Saya memang tidak pernah menonton secara langsung pertandingan liganya. Saya hanya melihat cuplikannya di media sosial seperti instgram. Saya tahu Persib Bandung dan Bali United karena di klub itu ada pemain asal Belanda,” terang Jordy yang ketika berlibur di Jakarta sempat menyempatkan diri melakukan swafoto di depan Stadion Gelora Bung Karno.
Jelte Pal
elte Pal, pemain keturunan Indonesia yang bermain di Willem II Tilburg, diboyong oleh agensi yang dikelola Sergio van Dijk. Kini, pesepak bola muda berusia 18 tahun itu akan berada di bawah naungan Tevreden Group.
Sergio van Dijk juga mengunggah sebuah video perekrutan Jelte Pal di akun Instagram pribadinya. Eks Persib Bandung itu dengan bangga memperkenalkan sang striker muda milik WIllem II Tilburg.
“Pemain baru, keturunan Indonesia, baru direkrut oleh saya buat Tevreden Group. Talenta berusia 18 tahun dari klub Willem II U-18, Jelte Pal,” tulis Sergio van Dijk.
Kevin Diks
Kevin Diks termasuk pemain keturunan Indonesia yang beruntung merasakan atmosfer Liga Champions. Kevin tampil di turnamen elite antarklub Eropa itu ketika memperkuat Feyenoord pada musim 2017/2018.
Seperti layaknya pemain keturunan Indonesia, Kevin yang pernah memperkuat Timnas Belanda U-19 ingin memperkuat tim nasional Indonesia di level senior.
“Saya tentu ingin membela timnas Indonesia. Tapi, saya belum bisa terlalu memikirkannya saat ini. Apalagi, belum ada undangan resmi dari PSSI,” ungkap Kevin yang tetap mengikuti perkembangan sepak bola Indonesia termasuk kompetisi Liga 1.
Kevin mengaku kerap menonton laga Liga 1 yang melibatkan pemain asal Belanda seperti Melvin Platje, William Pluim, dan Marc Klok.
“Atmosfer kompetisi Indonesia lumayan meriah. Saya menyaksikan antusiasme suporter sangat tinggi saat mendukung tim kesayangannya.”
Kevin berdarah Indonesia dari ibunya.”Oma dan Opa saya asli Maluku. Nama belakang keluarga saya adalah Bakarbessy. Saya sudah dua kali berlibur ke Indonesia dan mengunjungi Ambon. Jersey klub saya dipajang pada sebuah kafe di Ambon,” terang Kevin.
Sebagai keturunan Indonesia, Kevin juga menyukai masakan khas tanah air seperti nasi goreng dan sate ayam.
“Saya sering menyantap makanan itu disela-sela waktu senggang bersama keluarga. Tapi, saat kompetisi, saya terpaksa menahan dulu karena menu makanan sudah diatur oleh ahli gizi klub,” pungkas Kevin.
Ragnar Oratmangoen
Seperti pemain dari Liga Belanda, Ragnar tentu juga ingin mencicipi kerasnya kompetisi di level elite Eropa seperti Spanyol, Jerman, Inggris dan Italia. Setelah itu, ia tidak menampik menyimpan keinginan bermain di Indonesia.
“Terus terang, saya tidak mengikuti perkembangan kompetisi Indonesia. Saya hanya sempat melihat cuplikan rekaman pertandingan Persija vs PSM di televisi Belanda. Ternyata atmosfer kompetisi Indonesia juga bagus. Saya melihat antusiasme suporter sangat tinggi. Hal itu baik buat sepak bola,” kata Ragner.
Layaknya pemain keturunan Indonesia, Ragnar mengaku menyukai masakan tanah air. “Ayah saya lahir di Belanda. Tapi Oma dan Opa saya asli Indonesia. Saya juga tahu sedikit kata dan kalimat percakapan Indonesia,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Ragnar mengungkapkan keinginannya bermain bersama tim nasional Indonesia. Tapi, diakuinya sampai saat ini, ia tak pernah dihubungi oleh pihak PSSI.
“Memang ada yang pernah menghubungi saya. Tapi, itu personal bukan dari federasi. Jadi, saya tidak ingin berpikir terlalu jauh saat ini. Saya ingin fokus dulu bersama Cambuur musim depan,” tegas Ragnar. (Berbagai sumber)
Komentar