Kabanjahe, Karosatuklik.com – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Karo, Firman Firdaus Sitepu, SH, memunta Pemerintah menjaga ketersediaan dan keterjangkauan harga pupuk baik subsidi maupun non subsidi untuk meningkatkan produktivitas lahan petani.
Ia mengatakan pupuk sebagai salah satu sarana produksi yang sangat strategis bagi pertanian, sebutnya menjawab Jurnalis Karosatuklik.com, Minggu (14/11/2021) di Kabanjahe.
Selain mempengaruhi capaian produksi, tambahnya, pupuk juga memiliki dampak sosial sangat luas karena menjangkau 17 kecamatan di 269 desa/kelurahan se Kabupaten Karo yang bota bene 80 persen penduduknya mengandalkan sektor pertanian sebagai tulang punggung ekonominya.
“Upaya peningkatan produktivitas pertanian dapat terwujud salah satunya dukungan dari kegiatan pemupukan.Proses pemupukan yang tepat sasaran berkontribusi tinggi dalam pencapaian produksi pertanian seperti padi,” ujarnya.
Harusnya, imbuh Firman Firdaus Sitepu, Pemerintah menhamin dan menjaga stok dan keterjangkauan harga pupuk subsidi dan nonsubsidi. “Langkah itu merespons keluhan petani, setelah harga pupuk nonsubsidi mengalami kenaikan signifikan tahun ini,” pungkas Anggota Fraksi Golkar DPRD Karo itu.
Terpisah, Sekretaris Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian Gunawan mengatakan, pemerintah menyadari pentingnya ketersediaan dan keterjangkauan harga pupuk, yang sangat dibutuhkan 17 juta petani, pada 6063 Kecamatan, 489 Kabupaten dan 34 Provinsi se Indonesia.
Berdasarkan data Ditjen PSP Kementan RI, kebutuhan pupuk untuk petani mencapai 22,57 – 26,18 juta ton atau senilai Rp 63-65 triliun dalam lima tahun terakhir. Namun, keterbatasan anggaran pemerintah hanya dapat mengalokasikan pupuk bersubsidi sebanyak 8,87 juta- 9,55 juta ton dengan nilai anggaran Rp 25-32 triliun.
Muhammad Hatta, Direktur Pupuk dan Pestisida Ditjen PSP Kementerian Pertanian mengatakan ada lima potensi masalah yang menjadi persoalan pupuk bersubsidi.
Persoalan itu adalah perembesan antar wilayah, isu kelangkaan pupuk, mark up harga eceran tertinggi (HET) pupuk di tingkat petani, alokasi menjadi tidak tepat sasaran, dan Produktivitas tanaman menurun, ungkapnya.
Sementara Ketua Umum Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor (HA-IPB) Tegal Raya Tafakurrozak menyoroti kenapa petani masih kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi.
Disampaikan Rozak, setiap tahun pemerintah menggelontorkan dana hingga Rp 30 triliun untuk subsidi pupuk. Sayangnya, ada yang kurang tepat dalam kebijakan penyaluran subsidi pupuk.
“Subsidi Rp 30 triliun per tahun larinya ke pabrik-pabrik pupuk, bukan ke petani langsung. Petani hanya dapat pupuknya,” kata Rozak kepada wartawan.
Untuk itu, Rozak berharap agar pemerintah bisa melakukan evaluasi terhadap program subsidi pupuk agar berjalan efektif dan tepat sasaran.
“Saya dari dulu mengusulkan agar uang itu langsung saja ke kelompok-kelompok petani jangan langsung ke pabrik-pabrik pupuk. Yang untung ya pabrik-pabrik pupuk, bukan petaninya,” kata Rozak.
Kabupaten Karo Penuhi Kebutuhan Kentang untuk Sumut 57 Persen
Senada dikatakan Dirjen Hortikultura DR. Ir. Prihasto Setiyanto menyebutkan bahwa Kabupaten Karo memproduksi kentang untuk Provinsi Sumatera Utara sebesar 57%.
“Dengan kondisi tanah yang subur menyatu dengan alam yang indah dan sejuk, Kabupaten Karo ini berpotensi sekali untuk pengembangan hortikultura, untuk itu kami siap mensuport Kabupaten Karo,” papar Dirjen Hortikultura.
Karo Penyumbang Jagung Terbesar di Sumut
Selain, buah-buahan, sayur mayur dan jagung, Kabupaten Karo penyumbang terbesar komoditas jagung di Sumatera Utara (Sumut).
Petani jagung yang tersebar di enam kecamatan yakni Lau Baleng, Mardinding, Juhar, Munthe, Kutah Buluh dan Barus Jahe memiliki luas lahan 92.000 hektare.
“Komoditas unggulan Kabupaten Karo itu jagung, kopi, wortel, cabai, bawang, sayur-mayur. Kalau produksi jagung Karo paling jago, dengan lahan 92.000 hektare dengan hasil rata-rata 7 ton per hektare. Kalikan saja langsung berapa produksi jagung dari Karo,” kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karo Metehsa Karo-karo Purba.
Dengan luas lahan 92.000 hektare dan produksi rata-rata 7 ton perhektare maka produksi jagung dari Kabupaten Karo diperkirakan 644.000 ton per sekali panen. Dengan komoditas jagung dari Kabupaten Karo penyumbang terbesar di Sumut, maka tak heran kalau Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karo sangat memperhatikan petani jagung yang tersebar di enam kecamatan tersebut.
Metehsa Karo-karo Purba mengakui produksi jagung dari Kabupaten Karo masih bisa ditingkatkan lebih tinggi lagi kalau petani mau melakukan pola tanam sela atau tidak menanam jagung secara terus menerus.
“Kalau petani mau melakukan tanam sela, habis tanam jagung diganti kedelai atau tanaman lainnya, maka produksinya bisa mencapai 9 ton per hektare. Tapi, petani maunya yang gampang, tanam jagung tinggal menunggu panen. Itu yang dipilih petani,” kata Metehsa.
Diakui Metehsa dengan produksi 7 ton hingga 8 ton per hektare, petani sudah memperoleh untung dengan harga jual panen Rp3.500/kg. Saat ini, katanya, harga jagung lagi bagus.
“Harga lagi bagus, dengan harga Rp3.500/kg sudah mahal, petani sudah untung. Jagung saya Rp3.200/kg sudah untung, dijual dua minggu lalu, saya petani juga,” kata Metehsa. (R1)