Mendaratnya Pesawat Skuadron dari Royal Air Force Inggris di Berastagi

Galeri, Karo7434 x Dibaca

Berastagi, Karosatuklik.com – Sejak zaman pemerintahan Belanda dan Jepang, Berastagi sudah dijadikan sebagai kota wisata, karena selain terkenal dengan pertanian yang tumbuh subur dan hasil panen seperti buah dan sayur juga memiliki panorama alam yang indah. Di sesi tulisan Karo Tradisi ini, karosatuklik.com mengajak pembaca mengulang sejarah ke masa lalu. Seiring perjalanan sejarah yang terus berputar, ada banyak perubahan yang terjadi.

Dikutip dari Wikipedia, Berastagi (Belanda : Brastagi) yang berarti “gudang beras”, adalah sebuah kota dan kabupaten di Kabupaten Karo yang terletak di persimpangan jalur utama yang menghubungkan dataran tinggi Karo di Sumatera Utara dengan kota pesisir Medan. Kota Berastagi terletak sekitar 66 kilometer (41 mil) selatan Medan dan sekitar 1.300 meter (4300 kaki) di atas permukaan laut. Kota dingin ini menjadi penting ketika pemukim Belanda di Sumatera membuka sekolah asrama di sana pada tahun 1920-an.

Berastagi adalah kota lain di Kabupaten yang sangat populer, termasuk di luar negeri. Kota tersebut telah lama menjadi kota wisata. Tidak hanya bagi wisatawan lokal, namun juga bagi wisatawan mancanegara. Menempuh waktu perjalanan dari Medan sekitar 2 jam, begitu tiba di Berastagi, akan langsung terasa suasana khas alam pegunungan. Udara terasa dingin ketika menyentuh kulit, sehingga suasana lelah selama perjalanan seketika hilang.

Mata dimanjakan oleh pemandangan hijaunya bukit-bukit dan bunga yang berwarna-warni. Hamparan ladang-ladang yang ditanami dengan berbagai jenis sayur-sayuran dan buah-buahan terlihat begitu keluar sedikit dari pusat kota.
 
Aneka Spot Foto Kekinian
Banyak objek wisata yang bisa dikunjungi saat berada di Berastagi. Ada Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Ada bukit Gundaling yang menawarkan sensasi keindahan menawan sebagian kecil alam Kabupaten Karo. Gunung Sinabung juga terlihat jelas dari lokasi ini. Ada juga Lau Debuk-debuk dan Hotspring Raja Berneh yang memberikan sensasi kesegaran mandi di kolam air panas nuansa belerang. Atau, bila ingin sedikit tantangan, silahkan mendaki ke puncak Gunung Sibayak yang hanya butuh waktu sekitar dua-tiga jam.

Tidak jauh dari kota bersejarah ini, pengunjung bisa menikmati Taman Alam Lumbini, menyajikan replika Pagoda Shwedagon, tertinggi kedua di antara replika sejenis di luar negeri yang berada di Birma, dan merupakan Pagoda tertinggi di Indonesia. Sejak dibuka untuk umum Oktober 2010 telah memegang dua rekor MURI yaitu Pagoda tertinggi di Indonesia (rekor pertama) dan kebaktian dihadiri bhiku terbanyak (rekor kedua). Sebuah objek wisata religius yang luar biasa dan senantiasa mengajak pengunjung mencintai alam. Sangat digemari penikmat wisata religius.

Sejak era kolonial, di Berastagi sudah berdiri hotel yang berkelas di eranya, seperti Bukit Kubu, hotel ini memiliki keunikan dikarenakan ada bangunan rumah tua yang merupakan peninggalan Belanda dan bangunan terletak di perbukitan dengan lapangan hijau yang luas persis dipinggir badan jalan Medan – Berastagi. Selanjutnya, lokasi yang bersejarah, seperti rumah pengasingan Bung Karno dan Tugu Perjuangan serta situs-situs lainnya yang layak diabadikan lokasi spot foto wisata kekinian.

Tugu Perjuangan di jantung kota Berastagi, lambang pergerakan dan bukti patriotisme perjuangan pada zaman dulu, merebut dan mempertahankan NKRI yang dikenal dengan istilah perjuangan “ Karo Bumi Hangus,”. Hal inilah yang menyebabkan, Presiden pertama RI, Bapak Proklamator Bung Karno dan Hatta menganugrahkan Makam Pahlawan di kota Kabanjahe sebagai pusat pemerintahan selain di  kota Surabaya.

Buah markisa khas Sumatera Utara yang bersentral di dataran tinggi Kota Berastagi menjadi daya pikat tersendiri bagi wisatawan. Tak sedikit di antara mereka memborongnya sebagai oleh-oleh saat pulang ke daerah asal. Jeruk dari tanah subur di dataran tinggi itupun dikenal dengan “Jeruk Berastagi” demikian juga “Markisa Berastagi” yang diakui kualitasnya masih yang terbaik di Indonesia.

Tidak lengkap rasanya berkunjung ke kota dingin ini bila tidak singgah di Pasar Buah, sambil berbelanja buah dan sayur segar maupun aksesoris khas Berastagi, bisa makan jagung bakar maupun jagung rebus. Bila bosan, kita bisa naik kereta sado kuda keliling kota maupun ke puncak Gundaling.

Di pasar Buah Berastagi, pengunjung bisa berbelanja hasil alam pertanian Berastagi sebagai oleh-oleh khas kota wisata Berastagi. Seperti namanya, pasar buah ini menjual berbagai macam buah-buahan segar seperti jeruk, stroberi, markisa, alpukat, hingga sayuran semacam lobak, wortel kol, dan lain-lain.

Penyambutan kedatangan pilot Inggris, pada pembukaan Bandara Udara Berastagi. (karosatuklik.com/ist)

Di samping itu, pasar ini pun menyediakan aneka bibit bunga, aksesoris, hingga oleh-oleh khas Berastagi. Bahkan, even wisata Festival Bunga dan Buah setiap tahun digelar bersamaan libur panjang anak sekolah, namun tahun 2020 dihentikan karena Pandemi Covid-19. Jangan khuatir tempat beristirahat (menginap-red), mulai dari hotel melati hingga hotel bintang 5 berstandar internasional bertebaran di kota ini yang siap memanjakan pengunjung sembari menikmati keindahan malam kota yang indah ini.

Lapangan Udara (Kini Jalan Udara) Berastagi

Bagi mereka yang gemar mengeksplorasi spot-spot wisata alam, mungkin sudah tidak asing lagi dengan Berastagi. Ini bisa dikatakan sebagai salah satu tempat wisata populer yang berada di dataran tinggi Kabupaten Karo.

Koran De Sumatra Post terbitan tanggal 31 Desember 1934 mengabarkan bahwa pada Minggu, 16 September 1934 peresmian Bandar Udara di Jalan Udara Berastagi. (karosatuklik.com/ist)

Namun banyak yang tidak tahu, bahwa di Berastagi dulu ada Lapangan Terbang di Jalan Udara. Itulah sebabnya jalan yang lebih banyak lurusnya yang menghubungkan Kecamatan Simpang Empat dengan Berastagi ini diberi nama Jalan Udara. Bukti sejarah peresmian Lapangan Udara Berastagi, sebagian dilampirkan diambil dari website Karo Siadi, tanggal 16 September 1934.

Pesta penerbangan dalam rangka peresmian Bandar Udara Berastagi mendapat perhatian yang sangat besar dengan kehadiran 20 pesawat terbang yang antara lain: LA. Skuadron, skuadron dari Royal Air Force, beserta kelompok olahraga terbang layang Belanda dan Inggris.

Pilot militer Belanda mempertunjukan aksi stunts, yang memancing decak kagum ribuan penonton dari berbagai desa yang khusus datang menyaksikan pesta pembukaan lapangan terbang itu.

Para penerbang layang Inggris Newark dari Penang menampilkan peragaan “terbang gila,” sebagaimana dikonfirmasikan juga oleh Presiden dari Komite Penerbangan, Mr. JH Pahit, Gubernur, Komandan Ilgen, pemimpin skuadron Sainsbury, Ir. De Vogel  dan oleh Tuan GA serta kepala dan NE kota.

Gubernur membuka secara resmi acara itu dengan melakukan tembakan kehormatan ke udara. Maskapai KNILM menjual 300 tiket untuk penerbangan wisata di atas kawah Sibajak. Lalu acara dilanjutkan dengan makan siang resmi. Di dokumen itu disebut lama penerbangan Medan-Berastagi sekitar 20 menit. Disebutkan juga urutan penerbangan pesawat yang berangkat dari Medan menuju Bandara Berastagi. Karo Siadi dalam webnya itu juga menyebut sumber Koran “De Sumatera Post” tanggal 14-09-1934 dan Koran “De Sumatra Post” tanggal 15-09-1934.

Namun sayangnya, sejumlah kepala daerah di Kabupaten Karo silih berganti, tidak diketahui pasti penyebabnya kenapa Lapangan Udara yang bersejarah di Jalan Udara Berastagi tidak dilanjutkan lagi. Sepanjang jalan itu sekarang sudah banyak berdiri pemukiman warga, gudang berpendingin (cold storage) untuk pertanian, kantor pemerintah dan swasta maupun usaha-usaha lainnya yang ‘menenggelamkan’ history sejarah itu.

Mengingat seringnya kemacetan yang terjadi di Jalan Medan – Berastagi, yang diakibatkan banyak faktor, salah satunya, akibat tanah longsor maupun mobil-mobil berbadan besar di badan jalan rusak, dan hingga sekarang Tol Medan – Berastagi belum kunjung direalisasikan Pemerintah Pusat. Sekitar lima tahun pengusulan tol/jembatan layang belum menunjukkan titik terang.

Bahkan Kapten Anton Sihombing dari Komisi V DPR RI tahun 2019 pernah melontarkan usulan pembangunan Bandar Udara di Berastagi saat rapat dengar pendapat terkait tol Medan – Berastagi dengan Pemkab Karo dan DPRD Sumut waktu itu.

Nah, jika saja Lapangan Udara ini kembali dibangun pemerintah untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Berastagi maupun ke Danau Toba, otomatis laju pembangunan akan semakin melejit pesat. Semoga ada calon bupati dan wakil bupati di Pilkada 2020 ini memiliki terobosan ‘gila’ dalam memacu pembangunan disegala bidang. Mejuah-juah. (R1)