Medan, Karosatuklik.com – Bupati Karo, Brigjen Pol (Purn) Dr. dr. Antonius Ginting, Sp.OG, M.Kes, menghadiri Rapat Koordinasi Peningkatan Produksi dan Hilirisasi Pascapanen Komoditas Jeruk yang digelar di Kantor Gubernur Sumatera Utara, Jalan Diponegoro Nomor 30, Medan, Senin (25/8/2025).
Rakor tersebut dipimpin langsung Gubernur Sumatera Utara, Bobby Afif Nasution dan membahas langkah serius dalam penanganan hama lalat buah yang selama ini menjadi masalah utama perkebunan jeruk, khususnya di Kabupaten Karo.
Dalam arahannya, Gubernur Sumut menekankan tiga hal penting untuk ditangani segera.
Ketiga poin penting itu yakni:
- Penyediaan data akurat mengenai lahan dan jumlah petani.
- Penerapan teknologi pengendalian hama melalui konsep PT. Agrari.
- Penyelesaian persoalan pendanaan yang dialami petani jeruk.
“Action harus tepat, terutama soal data, karena dari sanalah kita akan bergerak. Penanganan hama ini juga harus dilaksanakan bersama sesuai porsi antara pemerintah daerah, provinsi, dan mitra,” ujar Bobby Nasution.
“Langkah pertama kita akan intervensi serangan lalat buah, tetapi tentu kita akan mendata, menyusun teknis penanggulangannya yang paling tepat dan sosialisasi kepada masyarakat, karena ini harus dilakukan serentak, bersama-sama,” kata Bobby.
Dari 20.000 Hektare Turun Drastis jadi 4.841 Hektar

Bupati Karo, Antonius Ginting dalam kesempatan tersebut memaparkan kondisi terkini perkebunan jeruk di wilayahnya. Ia menyebutkan bahwa saat ini luas lahan jeruk aktif di Kabupaten Karo tinggal 4.841 hektare, jauh berkurang dibandingkan beberapa tahun lalu yang pernah mencapai 20.000 hektare.
“Ini data real perkebunan jeruk yang masih aktif. Ke depan, kita akan kategorikan mana saja yang perlu diterapkan metode pengendalian hama ini,” ujarnya.
“Ada indikator yang harus dipenuhi agar penanganan lalat buah dapat berjalan efektif,” jelas Antonius.
Hama lalat buah yang telah merusak petani Jeruk Karo mulai meresahkan sejak tahun 2014, membuat harga komoditas yang dulu menjadi andalan petani Karo ini turun drastis. Selain harga, produksi jeruk di Karo juga mengalami depresiasi sekitar 40-50%, sehingga petani enggan menanam jeruk.
Sementara itu, CEO PT. Agrari, Robertus Theodore, menambahkan bahwa selain hama, masalah utama yang dihadapi petani jeruk adalah soal pendanaan. Banyak petani yang terlilit hutang sehingga kebunnya terbengkalai atau bahkan beralih ke komoditas lain.
Ia menilai perhatian besar yang diberikan Gubernur Sumut Bobby Nasution bersama pemerintah kabupaten sangat penting untuk menyelamatkan jeruk asli Karo agar tidak punah.
“Skema pengendalian yang telah berhasil di terapkan di Liang Melas Datas (LMD), Kecamatan Laubaleng, Kabupaten Karo, akan kita kembangkan ke daerah lain. Namun semua harus dilakukan bersama-sama dalam satu kawasan agar hasilnya maksimal,” ujar Robertus.
Rakor ini juga dihadiri Bupati Dairi Vickner Sinaga, Wakil Bupati Pakpak Bharat Mutsyuhito Solin, perwakilan dari Kabupaten Simalungun dan Tapanuli Utara, Kadis Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumut Rajali, serta OPD terkait lainnya.
Hama Lalat Buah Jeruk dan Berkurangnya Produksi, Mendapat Perhatian Serius Jokowi

Sebagai informasi dan untuk mengingatkan kembali, Presiden ke-7 Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), memberikan perhatian serius terhadap krisis pertanian yang melanda petani jeruk di Kabupaten Karo, Sumatra Utara. Produksi buah jeruk di wilayah tersebut mengalami penurunan drastis akibat serangan hama lalat buah.
“Tapi sekarang ada persoalan yang sampai ke telinga saya yaitu produksi yang turun karena lalat buah,” kata Jokowi usai menerima aspirasi petani di kawasan Liang Melas Datas (LMD), Kabupaten Karo, Sumatra Utara, Jumat (16/5/2025) lalu.
Sebagai bentuk respons cepat, Jokowi menggandeng para akademisi dan pakar dari Universitas Gadjah Mada (UGM) serta Universitas Sumatera Utara (USU) untuk merumuskan solusi berbasis sains.
Pakar dari UGM akan fokus menangani pengendalian lalat buah, sementara USU akan membantu dalam pengembangan bibit jeruk unggulan.
Dalam kunjungannya, Jokowi juga memperkenalkan teknologi pertanian sederhana yang selama ini belum dikenal luas oleh petani setempat. Salah satu alat yang dikenalkan adalah perangkap lalat buah, yang dinilai efektif untuk mengurangi populasi hama.
Ia juga mengedukasi petani tentang teknik panen yang benar, seperti penggunaan gunting agar tanaman tidak rusak.
Jokowi menyebutkan serangan lalat buat bisa membuat produksi buah petani turun hingga 50 persen. Dengan menggunakan alat pembasmi lalat buah diharapkan ke depannya hasil produksi para petani semakin meningkat dan kualitasnya juga semakin baik.
“Sehingga ke depan kita harapkan produksinya semakin meningkat, kualitasnya semakin baik. Karena lalat buah itu bisa menurunkan produksi lebih dari 50 persen. Sangat gede sekali. Jangan sampai kejadian, kita kejar bersama sama. Sehingga tidak merugikan petani,” ungkapnya.
Sebagai langkah jangka panjang, Jokowi juga mendorong peningkatan kualitas hasil pertanian agar dapat menembus pasar ekspor. Ia mencontohkan kesuksesan ekspor alpukat dari Kendal dan berharap produk jeruk asal Karo bisa mengikuti jejak serupa.
“Kalau bisa memang ke depan akan diseleksi, yang gread A harganya yang lebih tinggi. Gread b harganya tengah, gread C harganya yang gak bisa dipasarkan yang bisa dibuat di industri jus atau extract jus di kabupaten Karo.
Rencana kita untuk membantu masyarakat untuk ekspor. Sama kemarin dengan alpukat yang kita lakukan di Kendal. Kalau kualitasnya bagus betul akan kita bawa ke pasar ekspor,” tutupnya. (R1)
Baca Juga:













Komentar