Jakarta, Karosatuklik.com – Indonesia terus berudaha untuk membuat rudal nasionalnya sendiri. Kemandirian Indonesia membuat rudal tak bisa ditawar menjaga kedaulatan laut RI yang sangat luas dan kaya akan sumber daya alam.
Punya banyak alutsista namun rudal masih impor sama saja menggantungkan nasib Indonesia ke negara lain.
Argentina saat perang Malvinas bisa jadi pelajaran paling baik bagi Indonesia agar mandiri membuat rudal.
Argentina sebetulnya punya peluang menang di perang Malvinas melawan Inggris.
AL Argentina kala itu punya rudal anti kapal Exocet.
Sekali Exocet menyalak dari jet tempur Super Etendard AL Argentina, armada Inggris komat kamit baca doa agar kapalnya tak kena tembak.
Hasilnya HMS Sheffield tenggelam di hajar Exocet.
Kemudian ada satu kapal induk Inggris yang rusak berat usai ditembak Exocet.
Inggris kemudian menggunakan cara lain memenangkan perang Malvinas.
Mereka meminta Prancis untuk menghentikan ekspor rudal Exocet nya ke Argentina.
Tekanan diplomatik Inggris berhasil, Prancis menunda pengiriman rudal Exocet ke Argentina.
Hasilnya Argentina langsung kalah karena tanpa Exocet, armada Inggris mampu memblokade laut untuk mengurung pasukan musuh di Falkland.
Kekurangan logistik dan digempur pasukan Inggris membuat Argentina menyerah.
Terhitung pertempuran di sana cuma berlangsung tak lebih dari 2 minggu saja.
Bayangkan jika Indonesia mengalami hal yang sama dengan Argentina, apa yang akan dilakukan negeri ini?
Mumpung masa damai saatnya memperkuat industri pertahanan Indonesia.
Pembuatan rudal nasional digeber agar kedepannya Indonesia sudah mandiri.
Salah satu rudal nasional yang tengah dikembangkan ialah Petir.
Rudal Petir sudah menjalani uji coba penembakkan dan diketahui beberapa kekurangannya.
“Pelaksanaan kegiatan uji dinamis prototipe rudal petir diawali dengan penjelasan singkat kegiatan uji dinamis prototipe rudal petir tahap II-IV oleh ketua tim teknis uji dinamis prototipe rudal petir, dilanjutkan pengecekan kesiapan komponen rudal Petir,” jelas Kemhan RI pada 12 Desember 2018.
Dalam uji coba tersebut Petir mampu mencapai kecepatan 393 km per jam, masih sangat kurang.
Maka diperlukan penyempurnaan lagi kedepannya terhadap rudal Petir.
“Uji dinamis rudal petir tahap II-IV berhasil dengan baik dan aman, namun masih perlu penyempurnaan lebih lanjut untuk mencapai standar operasional yang disyaratkan,” jelasnya.
Karena kekurangan teknologi, Indonesia mencari rekanan untuk memproduksi bersama rudal.
Ialah China yang mau memberikan transfer teknologi rudal.
Diam-diam kedua negara sudah meneken kerja sama pembuatan rudal sejak tahun 2005 silam.
“Di bidang kerja sama militer, kedua belah pihak masih menjaga hubungan yang sangat erat.”
“Pada awal Juli 2005, Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono menandatangani nota kerja sama teknologi pertahanan selama kunjungannya ke Tiongkok, yang mencakup kerja sama kedua negara dalam penelitian dan pengembangan rudal jarak menengah dan pendek,” jelas Haiwai pada 11 Oktober 2016.
Kerja sama pembuatan rudal antara Indonesia dan China kini telah menampakkan hasilnya dengan rekayasa sendiri C 705. (R1/ZonaJakarta)
Baca Juga:
- India Masih Berusaha Jual Rudal BrahMos ke Indonesia Demi Tangkal China di Natuna Utara
- Insinyur Indonesia Berhasil Desain Ratusan Kapal, Pihak Asing Tak Ingin NKRI Mandiri Buat Kapal Perang
- TNI Show Of Force Terhadap Segala Ancaman Kedaulatan NKRI
- Mengintip Keunggulan Dua Kapal Perang Baru Milik TNI Buatan Surabaya
- Sangar, J-20 China & F-35 AS Tak Bisa Seenak Jidat Lagi, Cabin Radar Vera NG TNI AU di Natuna Sudah Berdiri
Komentar