Catatan Redaksi, Mendorong Digitalisasi dan Inovasi Wisata Karo Ditengah Pandemi

Catatan Redaksi, Karo3133 x Dibaca

Kabanjahe, Karosatuklik.com – Refleksi dua tahun pandemi Covid-19, telah menyadarkan kita, yakni zaman telah berganti. Namun pola perkembangan wisata berbasis budaya dan literasi relatif sama. Pandemi Covid-19 seakan menjadi katalisator penggerak perkembangan perubahan melalui daring dan digital.

Pemerintah melakukan berbagai upaya dalam memutus mata rantai penyebaran pandemi Covid-19 secara masif dan sistematis.

Covid-19 bukan hanya virus mematikan, namun memiliki efek domino yang juga mengerikan.

Salah satu kebijakan yang digunakan pemerintah dalam mencegah dan mengendalikan penyebaran Covid-19 adalah menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga berganti menjadi PPKM.

Penerapan kebijakan ini memicu menurunnya interaksi dan konektivitas.

Mendorong Digitalisasi dan Inovasi Wisata Karo Ditengah Pandemi

Kali ini, Catatan Redaksi Karosatuklik.com, dari Kantor Redaksi, Jalan Pahlawan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Minggu (3/10/2021) menyajikan tulisan “Mendorong Digitalisasi dan Inovasi Wisata Karo Ditengah Pandemi”.

Sektor pariwisata ikut terhantam keras dampak pandemi. Daerah-daerah yang menyandarkan ekonominya dari wisata, kini menghadapi persoalan ekonomi.

Maka, sektor pariwisata mencoba berdamai. Hidup berdampingan dengan situasi ini. Tentu kuncinya, inovasi, adaptasi, dan kolaborasi yang tujuannya mengembangkan dan memajukan desa wisata di tengah pandemi Corona.

Harmonisasi dan literasi berbasis budaya

 

Situasi dan kondisi pandemi tidak akan menyurutkan wisata desa berbasis budaya untuk terus berkembang, asal memiliki inovasi, adaptasi, dan kolaborasi.

Harmonisasi dan literasi berbasis budaya menghasilkan inovasi sehingga menjadi semacam oase di tengah pandemi yang sedang mewabah.

Nah jika ditelisik lebih jauh, budaya yang merupakan hasil olah rasa, cipta, dan karsa manusia terus beradaptasi, meskipun pandemi berusaha menggerogoti.

Karena itu, menurut penulis, desa wisata menjadi salah satu solusi ekonomi kreatif khususnya sektor wisata di tengah gempuran pandemi Covid-19.

Pengembangan desa wisata saat pandemi menjadi sangat penting karena sifat adaptasi dan alamnya yang membuat wisatawan tertarik berkunjung.

Desa wisata, sejalan dengan konsep wisata di saat pandemi. Salah satu indikator seperti wisata ke desa dan alam tidak menyebabkan adanya konsentrasi massa.

Disisi lain, peran desa dalam mengantisipasi penyebaran Covid-19 dapat dijadikan sebagai wadah informasi, sosialisasi dan edukasi dengan tujuan agar masyarakat memahami bahaya Covid-19 serta protokol kesehatan mengantisipasi penyebaran Covid-19 di wilayah masing-masing.

Semacam “Kuta Paguh” yang sudah diresmikan beberapa waktu lalu di sejumlah desa dan kecamatan di Kabupaten Karo yang bersaman dilaunching secara nasional yang dikenal “Kampung Tangguh Nusantara” dapat dijadikan sebagai wadah untuk membina dan membantu masyarakat dalam mendapatkan ketenangan agar masyarakat tidak terlalu panik selama menghadapi pandemi Covid-19 sekaligus memperkuat daya tahan desa dari dampak buruk pandemic Corona.

Kekuatan Kearifan Lokal

Menurut penulis, desa wisata budaya harus terus didorong untuk melakukan pengembangan desanya dengan kekuatan kearifan lokal sehingga ada rasa kepemilikan semua masyarakat desa agar upaya pengembangannya lebih mudah dan terarah (fokus).

Masyarakat harus dipupuk semangatnya memajukan desanya, kemudian dilakukan identifikikasi keunggulan desanya mulai dari sisi ekonomi hingga budaya-nya. Inilah salah satu cara kita merawat dan melestarikan adat dan budaya Karo.

Melalui atraksi seni dan budaya maupun kuliner, potensi yang ada di desa setempat juga bisa ikut dipromosikan kepada wisatawan, sehingga nantinya bisa menjadi kalender tetap Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karo.

Pada akhirnya, harmonisasi kebudayaan, baik pada masa pandemi maupun pada masa normal memerlukan dirijen berupa kerangka pikir yang terinduksi dalam substansi revolusi mental, pemajuan “Desa Wisata Paguh (Tangguh-red) berbasis budaya Karo.

Investasi Kebahagiaan dan Kesejahteraan

Desa wisata budaya akan menjadi investasi yang mampu membawa kebahagiaan dan kesejahteraan bagi masyarakatnya, apabila revolusi mental semakin membumi dan mengakar di kalangan masyarakat yang kemudian dengan sendirinya mampu meningkatkan literasi, inovasi dan kreativitas masyarakat.

Catatan Karosatuklik.com, Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Odo R. Manuhutu, saat kunjungan kerja ke Kabupaten Karo Jumat (9/10/2020) lalu di Berastagi, menyebutkan, objek wisata Kabupaten Karo, sangat variatif dan menarik.

Menurut Odo, ada tiga desa yang dapat dijadikan sebagai daya jual bagi wisatawan yang hendak berkunjung ke Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Danau Toba, akan singgah ke lokasi jika telah tertata dengan baik.

“Ketiga desa budaya itu, Desa Pengambatan, desa budaya Lingga dan Desa Dokan, ini benar benar ‘disunglap’ menjadi desa budaya tradisional,” sebutnya.

Sekarang, tinggal lagi bagaimana Pemkab Karo, mampu menyediakan tempat yang kita usulkan, maka kami akan fasilitasi ke Kementerian PUPR, supaya program pembangunan desa budaya tersebut dapat dibangun dengan anggaran APBN, kata dia saat itu.

Pandemic Winner

 

Sementara, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, optimistis desa wisata akan menjadi pandemic winner seiring dengan perubahan tren wisata pascapandemi, dimana wisatawan akan memilih destinasi yang mengedepankan rasa aman, nyaman, bersih, sehat dan seiring keberlanjutan lingkungan.

“Saya yakin pascapandemi kunjungan ke desa wisata akan meningkat. Dimana wisatawan akan lebih memilih destinasi ke tempat terbuka, dan salah satunya adalah desa wisata,” kata Sandiaga.

Untuk itu, ia mendorong agar masyarakat dalam hal ini pengelola desa wisata untuk terus mempersiapkan diri dalam meningkatkan kapasitas terutama dalam menerapkan protokol kesehatan yang ketat dan disiplin.
Senada dikatakan, Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Wamendes PDTT), Budi Arie Setiadi berpendapat, sektor pariwisata akan bisa cepat pulih usai pandemi.

“Pariwisata akan cepat tumbuh saat pandemi ini berakhir. Karena itu akan ada mobilisasi masyarakat untuk berkunjung ke desa-desa yang indah di Tanah Air,” tuturnya belum lama ini dalam siaran persnya.

Inovasi dan Adaptasi

Mendorong Digitalisasi dan Inovasi Wisata Karo Ditengah Pandemi

Nah, kembal ke inti tulisan ini, penulis mengajak masyarakat maupun Pemkab Karo, berdamoungan dengan pandemi yang kemungkinan berlangsung panjang dan melelahkan. Tentunya, harus ada upaya, kreativitas, inovasi dan adaptasi.

Bisa saja dibuat program virtual tour desa wisata berbasis budaya, mapun menggelar Pesta Budaya Mejuah-Juah, Pesta Buah dan Bunga. Kata kuncinya, tetap adaptasi dan protokol kesehatan.

Sebelum munculnya wabah corona, ikon atraksi event wisata Kabupaten Karo rutin digelar setiap tahun. Pesta Budaya Mejuah-Juah, dan Pesta Buah dan Bunga di Berastagi sempat tersohor di Sumatera Utara bahkan di Indonesia.

Namun demikian, adanya wabah pandemi Covid-19 ini harusnya tidak mengurangi semangat dalam membangun melalui pengembangan pariwisata dengan inovasi-inovasi baru selaras dengan semangat perubahan. Karena, pandemi Covid-19 seakan menjadi katalisator penggerak perkembangan wisata melalui daring dan virtual

Spot Instagramable

Kabupaten Karo memiliki banyak destinasi wisata alam yang indah dan penuh spot Instagramable. Wisata alam tersebut mulai dari wisata air terjun, danau, Kota Wisata Berastagi, Dtw Tongging Danau Toba, Volkano Park Gunung Sinabung, peninggalan Sejarah, Budaya, Hotspring Raja Berneh, hingga alam terbuka yang hijau dan lainnya.

Karena itu, momentum ini menjadi kesempatan bagi pengelola desa wisata untuk melakukan upaya perbaikan fasilitas, peningkatan pelayanan, keterampilan, maupun melakukan inovasi seperti yang dilakukan sejumlah desa di Pulau Jawa.

Puncak 2000 Siosar, Negeri di Atas Awan, begitulah sebutan untuk kawasan relokasi pengungsi erupsi Gunung Sinabung ini. Rumah-rumah mungil tersusun rapi dan indah di sini.

Sama seperti kawasan Merapi di Jogjakarta, yang setelah erupsi Gunung Merapi, kawasan di sekitarnya bisa dibina menjadi destinasi baru desa wisata yang kini ramai dikunjungi oleh wisatawan. Hal yang sama menjadi harapan kita untuk kawasan relokasi Siosar ini.

Sekarang villa-vila maupun kafe tempat nongkrong sambil menikmati kopi arabika khas Karo di alam terbuka menjadi lokasi yang diincer penikmat kopi maupun bagi yang ingin menikmati keindahan alam kepingan Surga.

Tidak berlebihan bila dikatakan sajian panorama keindahan alamnya bikin semua orang jatuh hati, mereka dengan bangga menonjolkan alam dari ketinggian 2000 meter diatas permukaan laut.

Kabupaten Karo memang dikenal kaya raya dengan view alam yang indah, walau belum semua di eksplorasi dengan baik oleh Pemerintah Daerahnya, kalah start dengan pelaku wisata di luar pemerintah.

Kita yakin dan percaya, setelah wabah pandemi Covid-19 berakhir, industri pariwisata kreatif Kabupaten Karo khususnya desa wisata akan tumbuh pesat dan menjadi lebih baik. |Robert Tarigan, SH | Pimpinan dan Penanggungjawab Redaksi Karosatuklik.com|